Biasa Kita Konsumsi, Ternyata 6 Makanan ini Mengandung Racun
Makanan yang biasa kita makan ternyata mengandung racun yang bisa membahayakan tubuh--Instagram indo_psikologi
PANGKALAN BALAI, HARIANBANYUASIN.COM – Sebagai orang awam, kita tentunya berpikir kalau makanan yang kita makan sehari-hari aman dikonsumsi.
Namun apa jadinya kalau ternyata beberapa makanan tersebut mengandung racun?
Meskipun jumlahnya sedikit dan dengan cara pegolahan yang benar, racun tersebut bisa dihilangkan, namun tidak ada salahnya jika kita mengetahui bahan apa sajakah itu.
BACA JUGA:Segudang Manfaat Mentimun, Ingat Kamu Wajib Makan Mentimun Jika Mengalami Hal-hal Ini Ya !
BACA JUGA:GERD dan Asam Lambung, Yok Ikhtiar dengan Minuman Ini !
1. Kentang
Kentang mengandung senyawa toksin yang disebut solanin. Solanin adalah zat kimia alami yang ditemukan di berbagai jenis tanaman dalam famili Solanaceae, termasuk kentang.
Senyawa ini berperan sebagai pertahanan alami tanaman terhadap hama dan penyakit.
Solanin terutama terdapat di kulit kentang, di bagian hijau pada kulitnya, serta di mata kentang yang tumbuh ketika kentang terpapar cahaya matahari.
BACA JUGA:Cegah Vertigo dengan Kencur dan Cengkeh, Begini Cara Pakainya
BACA JUGA:7 Manfaat Serai untuk Kesehatan, Nomor 5 Bisa Bikin Kulit Glowing
Jika kentang mengalami paparan berlebihan terhadap sinar matahari atau kondisi penyimpanan yang tidak tepat, produksi solanin dapat meningkat.
Meskipun solanin berperan sebagai mekanisme pertahanan tanaman, pada manusia, konsumsi solanin dalam jumlah yang berlebihan dapat menimbulkan efek samping.
Efek samping tersebut melibatkan gangguan pada sistem saraf dan pencernaan.
BACA JUGA:Ternyata Buah Nanas bisa Melindungimu dari Kanker Payudara, Stroke, dan Pikun. Simak Penjelasannya!
BACA JUGA:Mengungkap 5 Kebiasaan di Pagi Hari yang Tak Disadari, Potensial Membuat Tubuh Gemuk
Gejala yang mungkin timbul akibat paparan solanin meliputi mual, muntah, diare, sakit perut, dan dalam kasus yang ekstrem, dapat menyebabkan masalah neurologis.
Penting untuk diingat bahwa risiko kesehatan dari solanin biasanya terkait dengan konsumsi dalam jumlah yang signifikan.
Oleh karena itu, untuk mengurangi risiko potensial, disarankan untuk memasak kentang dengan baik dan menghindari mengonsumsi bagian yang terlalu hijau atau memiliki tanda-tanda kerusakan.
Pengupasan kulit kentang dapat membantu mengurangi paparan terhadap solanin.
Jika ada kekhawatiran tentang kesehatan setelah mengonsumsi kentang yang mungkin mengandung solanin, segera berkonsultasi dengan profesional kesehatan adalah langkah yang bijak.
2. Biji Apel
Biji apel mengandung senyawa kimia yang disebut amygdalin, yang dapat diubah menjadi zat beracun yang dikenal sebagai sianida.
Amygdalin adalah senyawa yang juga ditemukan pada biji buah-buahan lainnya, seperti persik dan ceri.
Ketika biji apel hancur atau dikunyah, amygdalin bereaksi dengan enzim dalam tubuh kita dan memecah menjadi beberapa komponen, termasuk sianida.
Sianida adalah zat beracun yang dapat mengganggu proses respirasi sel dengan menghambat penggunaan oksigen oleh tubuh.
Paparan sianida dalam jumlah yang tinggi dapat menyebabkan keracunan sehingga mengakibatkan gejala seperti pusing, sakit kepala, mual, muntah, tekanan darah rendah, dan dalam kasus yang ekstrem, bahkan kematian.
Namun, penting untuk dicatat bahwa kandungan amygdalin dalam biji apel sebenarnya cukup rendah, sehingga tidak menimbulkan risiko kesehatan serius bagi kebanyakan orang jika dikonsumsi dalam jumlah yang wajar.
Selain itu, tubuh manusia memiliki kapasitas untuk mengatasi kadar sianida yang rendah.
Meskipun demikian, konsumsi biji apel dalam jumlah yang sangat banyak atau mengonsumsi biji yang dihancurkan dalam bentuk tambahan makanan atau suplemen mungkin meningkatkan risiko paparan sianida.
Oleh karena itu, disarankan untuk tidak mengonsumsi biji apel dalam jumlah yang terlalu banyak dan selalu berhati-hati terutama pada anak-anak yang cenderung menelan biji secara utuh.
Sebagai langkah pencegahan, jika Anda memiliki kekhawatiran atau jika ada anak-anak kecil di sekitar, lebih baik untuk menghindari mengonsumsi biji apel atau memastikan bahwa biji tersebut dihilangkan sebelum dimakan.
Selalu penting untuk menjaga keseimbangan dan variasi dalam pola makan dan berkonsultasi dengan profesional kesehatan jika ada kekhawatiran tentang dampak kesehatan spesifik.
3. Rebung
Rebung, yang merupakan tunas muda dari tanaman bambu, dapat mengandung senyawa yang disebut cyanogenic glycosides.
Senyawa ini dapat menghasilkan sianida ketika terpapar enzim di dalam tubuh manusia.
Cyanogenic glycosides adalah senyawa pertahanan tanaman yang membantu untuk melindungi tanaman dari hama dan serangan mikroba.
Meskipun rebung biasanya dianggap sebagai makanan yang aman, kandungan cyanogenic glycosides dapat bervariasi tergantung pada jenis dan kondisi pertumbuhan tanaman bambu.
Penting untuk diingat bahwa paparan sianida dari konsumsi rebung biasanya terjadi dalam jumlah yang kecil dan dianggap aman bagi kebanyakan orang yang mengonsumsinya sebagai bagian dari diet seimbang.
Namun, untuk mengurangi risiko paparan, penting untuk memasak rebung dengan benar sebelum dikonsumsi.
Proses pemasakan, seperti merebus atau mengukus, dapat membantu mengurangi kandungan cyanogenic glycosides dalam rebung dan menghilangkan sianida yang mungkin dihasilkan.
Mereka yang memasak rebung sebaiknya memastikan bahwa rebung benar-benar matang sebelum dikonsumsi.
Selain itu, membeli rebung dari sumber yang terpercaya dan memastikan bahwa rebung yang dikonsumsi dalam keadaan segar dan baik juga merupakan langkah-langkah yang bijak.
Sebagai langkah keamanan, pemahaman dan perhatian khusus terhadap cara memasak dan mengonsumsi rebung dapat membantu menikmati makanan ini dengan aman dan sehat.
4. Singkong dan Daunnya
Singkong dan daunnya mengandung senyawa kimia yang dapat menghasilkan zat beracun yang disebut linamarin.
Linamarin adalah jenis cyanogenic glycoside yang dapat menghasilkan sianida ketika terpapar enzim di dalam tubuh kita.
Linamarin adalah senyawa pertahanan tanaman yang membantu melindungi tanaman singkong dari serangan hama dan patogen.
Meskipun singkong adalah sumber karbohidrat yang penting dalam beberapa masyarakat, kehadiran linamarin membuatnya perlu diolah dengan hati-hati sebelum dikonsumsi.
Penting untuk diperhatikan bahwa paparan sianida dari konsumsi singkong dan daunnya biasanya terjadi dalam jumlah yang kecil dan dianggap aman bagi kebanyakan orang jika singkong dimasak dengan benar.
Proses memasak, seperti merebus atau mengukus, dapat membantu mengurangi kandungan linamarin dalam singkong dan menghilangkan sianida yang mungkin dihasilkan.
Namun, singkong yang tidak dimasak atau dimasak dengan cara yang tidak tepat dapat meningkatkan risiko paparan sianida.
Oleh karena itu, sangat penting untuk memasak singkong dengan benar sebelum dikonsumsi.
Selain itu, perlu diperhatikan bahwa daun singkong mengandung lebih banyak linamarin dibandingkan dengan akarnya.
Untuk memastikan keamanan dan menghindari risiko paparan sianida yang tidak diinginkan, memahami cara memasak dan mengonsumsi singkong dengan benar adalah langkah-langkah yang penting.
5. Almond
Almond mengandung senyawa yang dikenal sebagai tannin.
Tannin adalah zat kimia yang umumnya ditemukan pada kulit almond, dan senyawa ini dapat menyebabkan beberapa masalah jika dikonsumsi dalam jumlah yang besar.
Meskipun tannin ini bukan racun dalam arti sebenarnya, namun dapat memiliki efek negatif pada kesehatan jika dikonsumsi dalam jumlah yang berlebihan.
Beberapa masalah yang dapat timbul akibat tannin dalam almond melibatkan sistem pencernaan.
Tannin dapat menghambat penyerapan zat besi dan protein dalam tubuh, yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan pada sistem pencernaan dan dapat mengganggu penyerapan nutrisi penting.
Untuk mengurangi potensi dampak negatif, banyak orang memilih untuk mengupas kulit almond sebelum mengonsumsinya.
Proses ini dapat membantu mengurangi kadar tannin dan mengurangi risiko ketidaknyamanan pencernaan.
Namun, penting untuk dicatat bahwa almond juga memiliki banyak manfaat kesehatan, seperti menyediakan asam lemak sehat, serat, dan nutrisi lainnya.
Konsumsi almond dalam batas wajar biasanya dianggap aman dan dapat memberikan kontribusi positif pada pola makan seimbang.
Seperti halnya dengan makanan lainnya, kunci utama adalah konsumsi dengan bijak dan tidak berlebihan.
6. Kacang Merah
Kacang merah, seperti banyak jenis kacang-kacangan, mengandung senyawa yang disebut lectin.
Lectin adalah jenis protein yang berfungsi sebagai pertahanan alami tanaman terhadap hama dan penyakit.
Namun, beberapa jenis lectin, terutama yang ditemukan pada kacang merah, dapat menyebabkan masalah kesehatan jika dikonsumsi dalam jumlah besar atau jika tidak dimasak dengan baik.
Lectin pada kacang merah dapat menghambat penyerapan nutrisi dalam tubuh dan dapat berpotensi menyebabkan gangguan pencernaan.
Selain itu, beberapa lectin dapat berinteraksi dengan sel-sel di tubuh manusia dan menyebabkan efek samping, termasuk gangguan pada sistem pencernaan dan peradangan.
Proses pemasakan dapat membantu mengurangi kadar lectin dalam kacang merah dan membuatnya lebih aman untuk dikonsumsi.
Merendam dan memasak kacang merah dengan baik dapat membantu menghilangkan sebagian besar lectin yang berpotensi menyebabkan masalah kesehatan.
Meskipun keenam makanan di atas mengandung racun, namun jumlahnya tidak banyak, dengan pengolahan yang benar maka racun pada makanan tersebut dapat dihilangkan.
Namun untuk individu yang memiliki riwayat alergi atau kondisi tertentu seperti ibu hamil, sebaiknya berkonsultasi dengan tenaga kesehatan sebelum mengonsumsi bahan makanan tersebut.*
Sumber: