Stunting dan Program Keluarga Berencana
Sulistiani dan Muthmainnah Kurdi --doc
BACA JUGA:Abainya Dunia Terhadap Gaza
Dalam paparannya, Pratama mengimbau kepada setiap pasangan untuk membatasi jumlah kelahiran dengan mengikuti program KB, terutama dengan menghindari 4T, yaitu terlalu muda, terlalu dekat, terlalu banyak, dan terlalu tua.
Akar Masalah
Stunting dan pembatasan jarak kelahiran anak menjadi program global yang diserukan di negeri-negeri muslim.
Sedangkan Indonesia memiliki potensi bonus demografi yang luar biasa, disisi lain, negara-negara Barat sedang mengalami krisis populasi.
Karena itu, anjuran KB vasektomi ini mengindikasikan adanya upaya campur tangan Barat untuk melemahkan negeri kaum muslim dengan membatasi jumlah kelahiran.
Tentu ini akan berdampak pada kekuatan kaum muslim, karena berkurangnya populasi, dan lagi, vasektomi jelas melanggar ketetapan-Nya.
Sistem saat ini (demokrasi kapitalis sekuler), meniscayakan penerapan kebijakan-kebijakan yang pragmatis.
Pun dalam upaya mengentaskan kemiskinan dan pencegahan stunting.
Pemerintah berupaya mensosialisasikan program KB kepada pasangan baru menikah dengan memfokuskan program dua anak cukup, supaya orang tua bisa lebih memperhatikan kebutuhan gizi anak-anaknya.
Ini kebijakan ambigu. Satu sisi, harga kebutuhan pokok melambung tinggi, angka stunting tinggi, sementara solusinya disuruh KB.
Seharusnya, negara bertanggung jawab memenuhi kebutuhan hidup rakyatnya dengan mengelola sumber daya alam (SDA) yang berlimpah ini, sehingga rakyat khususnya orang tua tidak kesulitan memenuhi kebutuhan gizi anak-anaknya.
Sesungguhnya, akar masalah stunting adalah kemiskinan lalu, apakah dengan membatasi jumlah kelahiran akan menghentikan stunting?
Sedangkan kemiskinan saat ini tidak hanya diderita oleh keluarga yang punya banyak anak, keluarga yang tidak punya anak juga banyak yang miskin..
Sementara, tanda anak stunting bisa dideteksi sejak usia 1000 hari pertama.
Sumber: