Populasi Capung Kian Berkurang: Apakah Tanda Kerusakan Alam?
Dalam beberapa dekade terakhir, populasi capung di seluruh dunia dilaporkan mengalami penurunan yang signifikan.--Foto rimbakita
HARIANBANYUASIN.COM - Capung, dengan sayapnya yang transparan dan kemampuan terbangnya yang gesit, telah lama menjadi simbol dari keindahan dan keseimbangan ekosistem air tawar.
Namun, dalam beberapa dekade terakhir, populasi capung di seluruh dunia dilaporkan mengalami penurunan yang signifikan.
Fenomena ini telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan ilmuwan dan pecinta lingkungan.
Artikel ini akan mengupas faktor-faktor yang menyebabkan penurunan populasi capung, dampaknya terhadap ekosistem, dan apakah ini merupakan tanda dari kerusakan alam yang lebih luas.
BACA JUGA:Fakta Menakjubkan Javan Caecilian sebagai Hewan Nokturnal
BACA JUGA:Javan Caecilian: Amfibi yang Mirip Cacing dengan Kehidupan Unik
Keunikan dan Peran Ekologis Capung
Capung adalah serangga dari ordo Odonata, yang terdiri dari dua subordo utama: Anisoptera (capung sejati) dan Zygoptera (capung jarum).
Capung dikenal dengan kemampuan terbangnya yang luar biasa, memungkinkan mereka untuk bermanuver dengan cepat dan gesit di udara.
Mereka adalah predator yang efektif, memangsa berbagai jenis serangga, termasuk nyamuk dan lalat, yang menjadikannya komponen penting dalam pengendalian populasi serangga hama.
BACA JUGA:5 Bahan Alam yang Bikin Kerajinan Tangan Kamu Jadi Unik dan Super Berharga!
BACA JUGA:4 Gunung Berapi Paling Aktif di Dunia, Keindahan yang Menantang Bahaya !
Selain perannya sebagai predator, capung juga memainkan peran vital dalam rantai makanan air tawar.
Larva capung hidup di air, sering kali di sungai, danau, atau rawa, di mana mereka juga berfungsi sebagai predator invertebrata akuatik lainnya.
Sumber: