Kriminalitas di Kalangan Pemuda, Makin Mengerikan
Ismawati (Aktivis Dakwah)--doc
Alhasil, terwujudlah generasi krisis moral dan adab, yang rela menukar nyawa untuk perbuatan yang sia-sia.
Ditambah lagi dengan gaya hidup ala sekularisme yang memisahkan aturan agama dari kehidupan.
Kedua, disfungsi keluarga. Sejatinya, peran penting keluarga membentuk kepribadian anak-anaknya.
Sayang, dalam sistem hari ini, keluarga kehilangan fungsi dan perannya dalam mendidik generasi.
Karena beratnya tekanan ekonomi, keluarga kehilangan perannya. Keluarga tak mampu menjadi tempat edukasi bagi anak, karena baik ayah maupun ibu sibuk mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Belum lagi keluarga menihilkan peran agama dalam kehidupan, sehingga antara ibu dan orang tua tidak saling bersinergi membentuk pola hidup yang benar sesuai syariat.
Ketiga, krisis pendidikan yang benar. Sejatinya, pendidikan adalah faktor penting pembentukan kepribadian generasi.
Namun, dalam sistem hari ini, pendidikan didasari sekadar mencari materi duniawi.
Penerapan ilmu pengetahuan tak sejalan dengan pembentukan karakter generasi.
Output pendidikan generasi adalah berdasarkan uji angka semata. Minus dari kepribadian islami yang memiliki pola pikir dan pola sikap islami.
Bukan hanya itu, hasil pendidikan yang menjauhkan agama dari kehidupan juga mewujudkan lingkungan yang rusak.
Anak-anak kita terkungkung pada budaya amoral, mudah kalut dan emosi, serta berbuat sesuka hati.
Selain itu, paparan media yang serba bebas dan merusak, semakin menambah daftar panjang kerusakan generasi.
Maksimalkan Peran
Dari beberapa faktor di atas, dapat disimpulkan bahwa kerusakan para pemuda, generasi penerus bangsa ini lahir dari sistem yang meminggirkan agama dari kehidupan.
Sumber: