Sejarah Kuntau Sholihin Banyuasin, Kesenian Bela Diri yang Berakar dalam Sejarah dan Kebudayaan

Sejarah Kuntau Sholihin Banyuasin, Kesenian Bela Diri yang Berakar dalam Sejarah dan Kebudayaan

Sejarah Kuntau Sholihin di Banyuasin--

PANGKALAN BALAI, HARIANBANYUASIN.COM - Kuntau Sholihin, seni bela diri tradisional yang kaya akan gerakan elegan dan teknik pukulan mematikan, memiliki asal-usul yang dalam dan terkait erat dengan sejarah dan kebudayaan. Seiring dengan perkembangan waktu, seni bela diri ini menjadi warisan berharga yang terus dijaga dan dilestarikan oleh komunitas yang berdedikasi. Mari kita telusuri jejak sejarah dan akar budaya Kuntau Sholihin.

Kuntau adalah istilah yang merujuk kepada seni bela diri di berbagai wilayah Pangkalan Balai, Banyuasin . Kata ini berasal dari bahasa Hokkian, yakni dialek Tionghoa yang umumnya digunakan oleh masyarakat Tionghoa. 

Secara harfiah, Kuntau bermakna "seni bela diri." Namun, makna dan gaya seni bela diri ini dapat bervariasi tergantung pada wilayah dan budaya tempat seni tersebut berkembang.

BACA JUGA:Penampilan Tak Stabil di Tahun 2023, Fajar/Rian Berharap Capai Performa Terbaik di Tahun 2024

BACA JUGA:Januari 2024, Satgas Road to Olympics 2024 Mulai Bertugas, Berikut Legenda Bulutangkis yang Dilibatkan

Pertama kali muncul di wilayah Banyuasin di kembangkan oleh Muhammad Solihin bin Somad , dan diwariskan ke cucungnya yang bernama Maidi bin Zainal Arifin. Kuntau Sholihin  menonjolkan nilai-nilai keagamaan yang kuat. 

"Sholihin" dalam namanya berasal dari bahasa Arab yang artinya "orang yang saleh atau benar." Ini mencerminkan filosofi bahwa seni bela diri bukan hanya sekadar keterampilan fisik, tetapi juga perpaduan dengan nilai-nilai moral dan spiritual.

Para ahli seni bela diri yang mempraktikkan Kuntau Sholihin diwariskan bukan hanya teknik bertarung, tetapi juga ajaran-ajaran keagamaan yang mendalam. Hal ini menciptakan dimensi unik dalam seni bela diri ini, di mana para praktisi diharapkan tidak hanya menjadi petarung yang ulung, tetapi juga individu yang menjunjung tinggi etika dan moralitas.

BACA JUGA:Daftar Pemain Dunia yang Bangkit di Tahun 2023, Salah Satunya Tunggal Putra Jepang Kento Momota

BACA JUGA:Sekjen PP PBSI: Kejurnas PBSI Perorangan Taruna dan Dewasa 2023 Ajang Regenerasi Atlet Bulutangkis

Perkembangan Kuntau Sholihin juga sangat dipengaruhi oleh keberagaman budaya lokal di Nusantara. Seni bela diri ini tidak hanya mencakup teknik-teknik , tetapi juga menggabungkan unsur-unsur dari budaya setempat, seperti tarian tradisional, musik, dan filosofi kehidupan. Inilah yang membuatnya menjadi seni bela diri yang tidak hanya menantang fisik, tetapi juga merayakan keberagaman budaya di wilayah tersebut.

Meskipun Kuntau Sholihin bersandar kuat pada tradisi, seni bela diri ini juga mengalami evolusi yang disesuaikan dengan tuntutan zaman modern. Kelompok-kelompok komunitas seni bela diri terus mengembangkan program pelatihan yang relevan, memasukkan elemen-elemen modern tanpa mengorbankan esensi tradisional Kuntau Sholihin.

Pentingnya untuk memahami bahwa seni bela diri ini tidak hanya merupakan warisan budaya yang harus dilestarikan, tetapi juga sumber inspirasi bagi generasi muda untuk menggali kebijaksanaan dan nilai-nilai luhur dari masa lampau.

BACA JUGA:Pramudya/Yeremia Resmi Berpisah, Berikut Penjelasan Pramudya Terkait Keputusannya Keluar dari Pelatnas PBSI

Sumber: