Tradisi Pindah Rumah Suku Bugis, Ritual Mengangkat Rumah ke Lokasi Baru
Tradisi pindah rumah masyarakat Suku Bugis, Sulawesi Selatan.--
PANGKALAN BALAI, HARIANBANYUASIN.COM - Indonesia yang memiliki 1.340 suku yang tersebar dan menghuni pulau-pulau.
Dengan jumlah suku yang ribuan ini, tentu memiliki masing-masing tradisi dan kebiasaan yang berbeda-beda.
Bahkan, tradisi yang sudah ada sejak zaman nenek moyang dahulu, kini masih lestari dan terus dijalankan turunn temurun.
Salah satunya adalah tradisi yang dimiliki Suku Bugis. Yang cukup mengulik adalah tradisi "pindah rumah".
Suku Bugis menyebut tradisi "pindah rumah" ini dengan Mappalette Bola. Tradisi yang menjadi ritual di tengah-tengah masyarakat Bugis, Sulawesi Selatan ini bukan hanya sekadar pindah rumah.
Melainkan memindahkan rumah seutuhnya, atau membawa rumah untuk dipindahkan ke tempat yang lain.
BACA JUGA:Rekrutmen CASN PPPK di Banyuasin, Berikut Daftar Lengkap Jabatan dan Lokasi Formasi Tenaga Guru
Tentu saja, ritual ini membutuhkan kekuatan dan kegotong-royongan masyarakatnya. Mengingat, rumah yang akan dipindahkan akan diangkat beramai-ramai.
Tentu saja, rumah yang akan diangkat adalah rumah yang dibuat dari kayu yang memiliki tiang panjang. Inilah kenapa rumah Suku Bugis memiliki tiang yang menancap di tanah, agar mudah saat dipindahkan.
Yang perlu diketahui, rumah khas suku Bugis memang sengaja didesain agar dapat dibongkar pasang. Struktur bagunan rumah yang unik memudahkan rumah adat suku Bugis ini dapat dengan mudah dipindahkan.
BACA JUGA:Polemik Pembangunan Patung Bung Karno, Kadis PUPR: Pembangunan Dihentikan Sementara
Struktur rumah panggung Bugis terdiri dari tiga bagian yaitu bagian atas (rakkeang) yang biasanya digunakan untuk menyimpan padi yang baru dipanen. Bagian tengah (ale bola) merupakan bagian untuk tempat tinggal.
Sedangkan bagian bawah atau kolong (awa bola) berfungsi untuk menghindari serangan binatang buas untuk naik ke atas, atau pada zaman sekarang digunakan untuk menempatkan kendaraan pribadi.
Sumber: