Timbang Kepala Kebo, Adat Istiadat Masyarakat Pangkalan Balai yang Masih Bertahan Sejak Ratusan Tahun Silam

Timbang Kepala Kebo, Adat Istiadat Masyarakat Pangkalan Balai yang Masih Bertahan Sejak Ratusan Tahun Silam

Timbang Kepala Kebo merupakan adat masyarakat Pangkalan Balai Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan yang masih bertahan sejak ratusan tahun silam-Foto : budaya-indonesia.org-

Tidak diketahui kapan dan siapa yang pertama kali mengenalkan tradisi ini. 

Keberdaan adat TImbang Kepala Kebo ini sebagai warisan budaya tak benda Indonesia ditetapkan oleh Kemdikbud pada 2018. 

Timbang Kepala Kebo merupakan bentuk nyata dari masih dilestarikannya adat kebudayaan di Banyuasin. 

Timbang Kepala Kebo dilakukan oleh Pemangku Adat Pangkalan Balai, tokoh masyarakat, dan masyarakat sekitar.

Tata cara adat Pangkalan Balai ini terbilang unik dan menarik. 

Untuk khitanan, salah satu keunikannya diawali arak-arakan menggunakan joli, ada ayunan dan dacing

timbangan yang dihiasi buah-buahan lokal. 

Juga ada 9  kain yang dibentangkan sepanjang jalan menuju ayunan dan sudah pasti ada kepala kerbau yang digantungkan di atas kepala di bagian atas ayunan.

Karena acara ini lebih menjurus ke khitanan maka pantun-pantun atau syair-syair, yang dilantunkan bertema pendidikan anak-anak. 

Umumnnya dalam Timbang Kepala Kebo dimulai dengan syair Selendang Delima.

Dilanjutkan syair Serambe, membacakan pantun-pantun adat berisi nasihat. 

 Ada beberapa hal di dacing timbangan ini. 

Ada yang namanya perabe-perabe (istilah Pangkalan Balai). 

Perabe-perabe ini adalah bahan-bahan hasil bumi dan ini mengandung filosofi sebagai wujud syukur pada limbangan bahan hasil bumi Pangkalan Balai. 

Bahan-bahan hasil bumi itu ditempelkan di setiap detail dacing timbangan. 

Sumber: