Kau Bukan Cinta Sejatiku

Kau Bukan Cinta Sejatiku

Ilustrasi--

"Inilah nanti bakal mas kawin kita kak," harapnya. Aku tersenyum dengan sikap yang dingin.

 

Setelah lebih dari satu jam bercengkrama, kami pun beranjak dari tempat duduk, menuju Pasar Panorama. Si dia lebih memilih makan nasi goreng, kebetulan selera pun sama.

 

Pedagang nasi goreng tercengang melihat kemesraan kami bagaikan suami isteri yang lagi bulan madu.

 

"Baru nikah ya pak," tanya pedagang nasi goreng. Tentu saja aku terkejut, bahkan sedekan karena saat orang tu bertanya aku sedang minum teh manis.

 

Si bongsor hitam manis malah kegirangan tertawa terbahak-bahak. Malahan aku yang bingung.

 

"Nah kak apo yang dikecekkan (dikatakan-red) mamang tu semoga  jadi kenyataan," ucap si Bongsor berharap.

 

Apa saja maunya si Bongsor cantik dan ayu selalu aku turuti, karena aku tak mau mengecewakannya, karena dia pernah berucap tidak mau kecewa untuk kedua kalinya.

 

Namun aku tetap sopan dan menghargainya, tidak mau merusak masa depannya, sebab dia sangat belia masih berusia 16 tahun atau kelas 2 SMEA, sedangkan aku sudah berusia 25 tahun.

Sumber: