Perang Iran–Israel 2025: Jalan Buntu Nasionalisme dan Solusi Islam

Perang Iran–Israel 2025: Jalan Buntu Nasionalisme dan Solusi Islam

Mia D. Mentari--doc

BACA JUGA:Hijrah Bukan Sekedar Sejarah

BACA JUGA:Syarat Vasektomi untuk Penerima Bansos, Tepatkah?

Akan tetapi, serangan balasan itu juga dibalas lebih keras oleh Israel, termasuk pemboman penjara Evin—yang menewaskan puluhan narapidana politik Iran.

Menurut laporan CNN (23 Juni 2025), sedikitnya 935 warga Iran tewas, termasuk anak-anak, perempuan, dan warga sipil biasa.

Di pihak Israel, korban mencapai 70 jiwa, sebagian besar dari rudal yang mengenai kawasan sipil.

Sementara itu, Dewan Keamanan PBB hanya mampu mengeluarkan pernyataan "keprihatinan mendalam".

Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) mengadakan sidang darurat dan menyerukan gencatan senjata—tanpa sedikit pun upaya konkret untuk menghentikan penjajahan dan agresi.

Negara-negara Muslim hanya mampu mengecam lewat pidato dan pernyataan pers.

Di saat umat Islam bersimbah darah, para penguasa negeri Muslim malah sibuk menjaga hubungan diplomatik dan perdagangan dengan pihak-pihak yang membantai saudara mereka sendiri.

Apakah Layak Umat Islam Berharap pada Iran?

Banyak kalangan menaruh harapan pada Iran sebagai satu-satunya negara yang secara terbuka melawan Israel.

Retorika anti-Zionisme, dukungan terhadap kelompok perlawanan seperti Hizbullah dan Hamas, serta penolakan terhadap normalisasi hubungan dengan Tel Aviv menjadikan Iran terlihat "berani" di mata sebagian umat.

Akan tetapi, benarkah Iran adalah harapan nyata bagi pembebasan Palestina?

Faktanya Iran masih bagian dari sistem internasional sekuler.

Meskipun menyebut dirinya "Republik Islam", Iran tetap menjalankan sistem politik nasionalisme buatan kolonial.

Sumber: