HARIANBANYUASIN.COM - Beberapa hari terakhir masyarakat Indonesia dikejutkan dengan pemberitaan yang menyebutkan jika salah seorang pria mengonsumsi daging kucing.
Alasannya cukup mengejutkan, si pelaku mengaku dengan mengonsumi daging kucing diabetes yang dia derita bisa sembuh.
Tentu saja hal ini membuat kehebohan mengingat kucing menjadi hewan yang tak boleh dikonsumsi.
Dalam berbagai budaya, terutama di beberapa negara Asia, ada keyakinan bahwa daging kucing memiliki manfaat kesehatan tertentu, termasuk digunakan sebagai obat.
BACA JUGA:Burung Julang, Ikon Hutan Tropis yang Berjuang Melawan Kepunahan
BACA JUGA:Burung Julang Sulawesi, Raksasa Langit Sulawesi yang Terancam Punah
Meskipun ini mungkin mengejutkan bagi banyak orang, terutama di negara-negara Barat di mana kucing dianggap sebagai hewan peliharaan yang sangat berharga, keyakinan ini masih ada dan tersebar luas di beberapa komunitas.
Namun, apakah ada dasar ilmiah yang mendukung klaim tersebut?
Artikel ini akan membahas fakta dan mitos seputar konsumsi daging kucing sebagai obat, serta risiko yang mungkin terkait dengan praktik ini.
BACA JUGA:Misteri Felis Salamandra, Sang Predator Nokturnal dari Hutan Amazon
BACA JUGA:Mengenal 5 Keluarga Capung yang Memesona Spesies yang Menghiasi Langit Dunia
Asal-Usul Keyakinan Mengenai Daging Kucing sebagai Obat
Keyakinan bahwa daging kucing memiliki sifat obat sering kali terkait dengan tradisi dan budaya yang telah berlangsung selama berabad-abad.
Di beberapa negara, seperti Tiongkok dan Vietnam, daging kucing telah dikonsumsi sebagai bagian dari pengobatan tradisional.
Orang-orang yang meyakini manfaat daging kucing sering percaya bahwa daging ini dapat membantu mengobati berbagai penyakit, termasuk penyakit pernapasan, radang sendi, dan bahkan memperkuat daya tahan tubuh.