Tertutup Terbuka

Tertutup Terbuka

--

Soal calon presiden masih tertutup. Soal calon legislatif masih terbuka. Terbuka sekali: tanpa celana dan tanpa beha. (*)

 

 

Komentar Pilihan Dahlan Iskan*

Edisi 13 Januari 2023: Master Letnan 

Juve Zhang

Sebagai kuli proyek zaman purbakala itu setiap masuk proyek besar , yg untuk usaha konglomerat gede, pasti tanahnya sudah "di merdeka kan" oleh pihak yg bukan tugasnya "memerdekakan", cuma harga ganti ruginya itu bikin rakyat nangis , rakyat cerita tidak ikhlas tanah nya dijual very very cheap chea lah, tapi apa daya rakyat zaman purbakala tak bisa apa apa , tanda tangan saja, pasrah. Beda zaman now setiap pembebasan tanah untuk proyek rakyat jadi Milyuner dadakan, dua jempol buat pak Jokowi, rakyat di kampung sekarang lebih makmur dibandingkan rakyat di kota . sekali dibebaskan tanahnya jadi Milyuner. Nostalgia zaman purbakala manakala rakyat pasrah tanah nya yg ribuan meter cuma di bayar semeter persegi seharga sebungkus rokok, kisah nyata. Semoga rakyat itu dapat imbalannya yg nyata di kehidupan setelah kematian. Zaman dulu pembebasan tanah penuh air mata kesedihan, zaman now penuh tawa ria, langsung ke showroom mobil, borong mobil. 

 

Otong Sutisna

Kupetik kelapa tiga biji / Sutu biji dimakan bli leoang/ Satu biji lagi kukasih tetangga/ Hayooo ...satu biji lagi dimakan siapa 

 

Mirza Mirwan

"Saya memang dekat dengan ibu," ujar Farid, seperti dikutip Pak DI. Biasanya anak lelaki memang lebih dekat dengan ibunya. Maka di tangan ibulah masa depan seorang anak berada. Kalau semasih kecil sang ibu sudah mendidik anaknya dengan pendidikan agama, akhlak, dan sopan santun dalam interaksi sosial, maka saat memasuki pendidikan formal sang anak akan melaluinya dengan mulus. Pada gilirannya masa depan cerah menanti sang anak. Sebaliknya kalau sang ibu, lantaran kasih sayangnya, kelewat memanjakannya, yang akan terjadi hanyalah malapetaka. Lihatlah contoh di sekitar anda, bagaimana nasib anak yang semasa kecil dimanjakan orangtuanya tanpa dibarengi dengan pendidikan agama dan akhlak -- kalau cerita Malin Kundang mungkin hanya fiksi. Adik sepupu saya seorang guru SMA, suaminya juga. Anak pertamanya lelaki, dan sangat dimanjakan. Yang terjadi kemudian si anak malah tak sempat menyelesaikan SMA-nya karena terjerat kasus narkoba. Demi agar tidak dipenjara sepupu saya rela menyuap polisi sampai menjual sawah dan Innova yang baru lunas cicilannya. Anak itu malu untuk meneruskan sekolahnya. Malah kemudian menikah saat usianya baru 18 tahun. Lalu bekerja menjadi sopir pabrik tekstil. Eh, kena kasus narkoba lagi. Kali ini sepupu saya membiarkannya dipenjara 2 tahun 6 bulan. Anak itu sekarang punya 2 anak. Kembali menjadi sopir, tapi di perusahaan rokok. Sementara sepupu saya dan suaminya sudah pensiun sejak 2 dan 5 tahun yang lalu.

 

Leong putu

Sumber: