Sengsara di Tanah Kaya, SDA Lari ke Mana?

Sengsara di Tanah Kaya, SDA Lari ke Mana?

--

Oleh : Ismawati

 

"ORANG bilang tanah kita tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman". Begitulah kiranya sepenggal syair yang menggambarkan betapa kaya tanah Indonesia. Tanah yang subur, kaya, dan makmur dan memiliki potensi Sumber Daya Alam (SDA) yang luar biasa. Salah satu contohnya adalah Kabupaten lahat yang terletak di Sumatera Selatan (Sumsel). Kabupaten lahat memiliki potensi SDA yang luar biasa.

 

Sebut saja, batubara ada sebanyak 2,2 Milyar ton cadangan batubara di Lahat. Dengan rata-rata produksi batubara sebesar 20 juta ton per tahun, maka umur cadangan batubara masih banyak untuk beberapa puluh tahun kemudian (infosumsel.id, 3/11/21). Bukan hanya itu, kekayaan alam Lahat, ada gas alam juga. Di bidang perkebunan maupun pertanian Kabupaten Lahat terbukti mampu menghasilkan sawit dan kopi yang terkenal di Sumsel (newssatu.com, 30/3/22).

 

Namun, Lahat yang dikenal dengan potensi SDA yang kaya tak serta merta menjadikan rakyat yang hidup di daerah ini juga kaya. Mengutip data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumsel, Lahat berada di urutan kedua Kabupaten termiskin di Sumsel dengan persentase kemiskinannya sebesar 20.11 persen (detikSumsel.com, 29/2/22).

 

Tak hanya itu, di Lahat juga masih banyak Rumah Tak Layak Huni (RTLH) yang tersebar di 24 kecamatan. Kepala Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Pemukiman dan Pertanahan (PRKPK) Kabupaten Lahat, Limra Naupan mengatakan, berdasarkan dara di pihaknya, ada sekitar 5.648 unit RTLH di Lahat. Bahkan, sebagaian RTLH berada di wilayah Kecamatan Merapi Area yang menjadi pusat pertambangan batubara di lahat (sripoku.com,27/10).

 

Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah melaunching aplikasi rumah baghi untuk melakukan pendataan terkait RLTH. Melalui APBN dan APBD penanganan RLTH tahun 2022 akan ada 317 RLTH yang dibangun, artinya penyelesaian RLTH akan rampung dalam enam atau tujuh tahun mendatang.

 

Sungguh miris, tata kelola ekonomi kapitalisme telah gagal memberi kesejahteraan pada rakyat. Meski rakyat hidup dalam tumpukan emas hitam dan suburnya perkebunan, tak menjamin rakyat hidup dengan nyaman. Kapitalisme telah melanggengkan liberalisasi (kebebasan) di berbagai sektor publik. SDA yang seharusnya diperuntukkan kepada rakyat, malah dikeruk demi kepentingan pemilik modal. Negeri ini mudah dikuasai asing, sebab bengkaknya utang luar negeri.

 

Sumber: