BANNER ASKOLANI 2 PERIODE HL

Bulan Rabiul Awal: Memaknai Tidak Sekedar Seremonial

Bulan Rabiul Awal: Memaknai Tidak Sekedar Seremonial

--

Oleh: Hani Handayani

 

ALLAHUMMA shalli ‘ala Sayyidina Muhammadinil ladzi ja-a bilhaqil mubini wa arsaltahu rahmatan lil-alamin Artinya: Ya Allah, curahkan rahmat dan keselamatan kepada Nabi Muhammad Saw yang datang dengan membawa kebenaran nyata, dan Engkau utus sebagai rahmat bagi alam semesta.

Salah satu selawat  yang bisa kita perbanyak di bulan Rabiulawal. Agar kelak kita bisa mendapatkan syafaat dari Baginda Rasulullah Saw, kelak di yaumil akhir.

Bulan Rabiulawal ada tiga momentum yang terjadi menjadi kesenangan sekaligus kesedihan umat Islam. Di bulan Rabiulawal ini pada tanggal 12 Rabiulawal adakan hari kelahiran Baginda Rasulullah Saw dan wafanya beliau. Juga terjadinya hijrah Rasulullah Saw, dari Mekah ke Madinah.

Namun momentum yang selalu menjadi acara rutin setiap tahunnya adalah acara kelahiran Rasulullah atau Maulid Nabi. Rasulullah Saw, lahir di tahun gajah, saat pasukan gajah  akan menghancurkan Ka’bah. Namun saat itu pasukan gajah mampu di hancurkan oleh Burung Ababil yang membawa batu kecil  yang panas dan berpijar.  Masih banyak keajaiban lain yang terjadi saat Beliau dilahirkan.

 

Momentum Kelahiran Rasulullah Saw

Mengingat momentum Kelahiran Rasulullah Saw bukan hanya sekedar seremonial semata. Walau masih banyak perdebatan dalam memperingati hari kelahiran Rasulullah Saw. Terlepas dari semua pro dan kontra ada latar belakang yang pada akhirnya peringatan ini ada saat ini.

Peringatan Maulid Nabi pertama kali di lakukan oleh Sultan Shalahuddin Al Ayyubi (Muhammad Al Fatih) bertujuan meningkatkan semangat perjuangan kaum Muslimin, saat menghadapi perang Salib untuk merebut Kota Yarusalem. Sebelumnya momentum Kelahiran Rasulullah tidak pernah di peringati.

Sementara itu, sejarah peringatan Maulid Nabi di Indonesia sendiri mulai berkembang di masa Wali Songo atau sekitar tahun 1404 masehi. Peringatan Maulid Nabi dilakukan demi menarik hati masyarakat memeluk agama Islam.

Oleh karenanya, Maulid Nabi juga dikenal dengan nama perayaan Syahadatin. Selain itu, perayaan Maulid Nabi juga dikenal dengan Gerebeg Mulud karena tradisi masyarakat merayakan Maulid Nabi dengan cara menggelar upacara nasi gunungan.

Apapun latar belakang yang menjadikan peringatan ini dilakukan, semata-mata untuk mengingatkan umat Islam pada sosok yang mulia, pemimpin umat terbaik yang ada di muka bumi ini. Sosok yang telah dijanjikan menjadi suri teladan terbaik di dalam Al Qur’an Allah SWT berfirman firman “ Sungguh telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagi kalian, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) Hari Akhir dan dia banyak menyebut Allah”. (QS al-Ahzab [33]: 21).

 

Tidak Hanya Sekedar Seremonial

Memperingati hari kelahiran Rasulullah Saw, adalah bentuk cinta umatnya kepada Beliau. Banyak cara dalam menunjuk rasa cinta kepada beliau salah satunya dengan berselawat kepada Rasulullah Saw. Dengan berselawat insyaallah kelak akan mendapatkan syafaat  dari Beliau.  Ibnu Mas’ud ra. Bertutur bahwa Rasulullah saw. Pernah bersabda, “Orang yang paling berhak mendapatkan syafaatku pada Hari Kiamat adalah yang paling banyak shalawat kepadaku.”  (HR at-Tirmidzi).

Namun wujud kecintaan kepada Rasulullah tidak hanya cukup dengan berselawat tetapi, bagaimana menjalankan apa yang menjadi risalah berupa syariat-Nya. Allah SWT berfirman: Katakanlah, “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosa kalian. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Ali Imran [3]: 31).

Oleh karena itu, momentum Maulid Nabi ini seharusnya dijadikan sebagai momentum umat Islam untuk senantiasa mencontoh beliau dalam seluruh aspek kehidupan. Baik sosok Rasulullah Saw sebagai Pimpinan bagi  keluarga dan sebagai Pemimpin bagi umatnya.

 

Meneladani Kepemimpinan Rasulullah

Rasulullah tidak hanya pemimpi spritual tanpa kekuasaan tetapi beliau sebagai kepala negara pertama Negara Islam. Hal ini dapat di buktikan dengan adanya piagam Madinah, mengirim surat kepada para raja-raja di dunia saat itu untuk mengajak kepada Islam dan berbagai kebijakan yang dilakukan seorang kepala negara.

Kepemimpinan Rasulullah pun diakui dunia. Seperti yang dikatakan Sir Gey Bernard Shaw (26 Juli 1856-2 November 1950), Tokoh Irlandia, Pendiri London School of Economics, “ saya yakin apabila orang semacam Muhammad memegang kekuasaan tunggal di dunia modern ini, dia akan berhasil mengatasi segala permasalahan sedemikian rupa hingga membawa kedamaian dan kebahagiaan yang dibutuhkan dunia.”

Seyogianya momentum Maulid Nabi Saw. Ini menjadikan para pemimpin negeri ini mengikuti  metode kepemimpinan Rasulullah sesuai syariat Allah. Agar kehidupan umat Islam mendapatkan keberkahan dan menjadi Islam rahmatan lil alamin. (**)

Sumber: