Sri Langka: Potret Negara Bangkrut Akibat Hutang

Sri Langka: Potret  Negara Bangkrut Akibat Hutang

Hani Handayani--

Oleh : Hani Handayani, A.Md

 

PEREKONOMIAN Sri Lanka  terus memburuk hingga bisa dikatakan negeri ini menghadapi krisis yang sangat serius. Negara ini memiliki utang sebesar 51 miliar US Dollar dan tidak mampu membayar bunga dari pinjamannya yang sebagian besarnya dikucurkan oleh IMF.  Mata uang Srilanka pun terperosok hingga 80%, nilai tukar yang lemah menyebabkan biaya impor semakin mahal dan membuat harga makanan melonjak mencapai 57%. 

Parahnya kini negara itu tidak memiliki cukup uang untuk mengimpor bahan bakar, minyak, susu, gas elpiji hingga kertas toilet. Sejumlah kebijakan dalam negeri pun turut memperburuk kondisi ini. Salah satunya adalah penerapan pajak terbesar sepanjang sejarah. Ini menyebabkan banyak investor kesulitan membayar dan sekaligus kesulitan meminjam dana dari bank. Belum lagi masalah korupsi yang semakin membuat rumit masalah ekonomi. Para pejabat negeri sibuk memperkaya diri sendiri, namun pada saat yang sama memperburuk perekonomian. Akhirnya di tengah merosotnya ekonomi, rakyat kelaparan, sementara penguasa hidup bermewah-mewahan hingga membuat kekacauan politik.

PBB memperkirakan 9 dari setiap 10 keluarga di Sri Lanka akan kesulitan untuk makan dalam sehari. Padahal sekitar 3 juta penduduk bergantung pada bantuan kemanusiaan. Untuk bisa keluar dari kondisi ini Pemerintah Sri langka memberikan hari libur ekstra selama 3 bulan, hanya agar penduduknya bisa menanam makanan mereka sendiri. 

Gagal Bayar Utang 

Dalam sejarah peradaban kapitalisme ada beberapa negara yang pernah mengalami gagal bayar hutang. Negara Zimbabwe, Nigeria, dan Pakistan yang gagal bayar utang kepada Cina. Jika suatu negara mengalami gagal bayar utang negara tersebut akan kehilangan kepercayaan dari investor. Akibatnya pasar saham yang jadi salah satu komponen penting ekonomi kapitalisme mengalami kekacauan, kemudian semua lembaga keuangan akan mengalami kegagalan.

Untuk melakukan antisipasi apapun terhadap kondisi default (ancaman gagal bayar utang) yang bergerak, seperti efek domino. Setelah itu dampaknya akan langsung terasa di masyarakat, para pelaku bisnis atau pabrik-pabrik tidak lagi beroperasi. Kebutuhan barang di dalam negeri harus sepenuhnya impor dari luar negeri karena negara sangat mengandalkan impor untuk bertahan hidup dan ekspor terhenti. Masyarakat tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup, terjadilah tindak kriminal ekstrem seperti kerusuhan, penjarahan dan tindak kekerasan.

Ancaman gagal bayar utang adalah, hanya sebagian contoh dari buruknya penerapan sistem ekonomi kapitalisme. Utang luar negeri yang diberikan pada dasarnya merupakan senjata politik, negara-negara kapitalis kepada negara-negara lain, untuk memaksakan kebijakan politik ekonomi atau dengan kata lain menjajah negara lain. Tujuan sebenarnya memberi utang bukanlah untuk membantu negara lain melainkan untuk kemaslahatan keuntungan dan eksistensi mereka .

Negara-negara yang dijajah secara ekonomi tidak akan pernah bisa keluar dari bahaya ini, mereka hanya memiliki dua pilihan yaitu memiliki utang dan tunduk pada negara pemberi pinjaman atau tunduk menyerahkan kedaulatan kepada lembaga-lembaga penjajahan internasional. 

Solusi Islam

Bagi mereka yang serius menghendaki kebaikan bagi negerinya tidak ada pilihan lain dan jalan keluar lagi selain melihat dan mengkaji sistem Islam. Sebagai jalan keluar dan turut bersama untuk mengembalikannya, membangun negara dengan fondasi sistem Islam yang Kokoh dan memasang bangunan kokoh yang membuat keuangan negara begitu tangguh.  Serta tidak terlibat dalam jeratan utang berbahaya yang dapat membuat bangkrut dan menyengsarakan masyarakat. 

 Adapun langkah-langkah yang bisa ditempuh: 

Pertama, yang paling pokok dalam sistem ekonomi Islam untuk menghindari negara default adalah memastikan tidak terlibat dengan sistem riba dalam bentuk apapun. Dengan itu tertutup 100% kemungkinan tumpukan bunga utang seperti yang saat ini.  

Kedua, tidak terlibat dengan pasar uang dan turunan-turunannya yang amat rentan rusak dan memberikan efek domino kerusakan pada perekonomian nasional.  

Ketiga, wawasan prinsip negara berdaulat yang mandiri dalam pengelolaan kepemilikan dengan pembagian kepemilikan yang jelas dan implementasi yang tegas. Maka hal ini akan menutup setiap celah ketidak terserapannya sumber pemasukan negara, contohnya tidak mengizinkan pengelolaan sumber daya alam atau SDA yang merupakan aset publik oleh pihak swasta sehingga. Semua hasil dapat masuk pada kas negara untuk keperluan masyarakat.  

Keempat, memastikan fungsi negara adalah selalu berada dalam jalur melakukan pelayanan kepada masyarakat, membuat pengawasan para pejabat publik strategis, agar tidak ada yang bermain kebijakan yang bukan untuk fungsi pelayaran .  Tujuannya adalah untuk menghindari deal-deal korupsi model pengusaha yang banyak menghasilkan kerugian . 

Kelima, secara tegas sejak awal negara berlepas dari lembaga-lembaga internasional yang membawa agenda penjajahan. Sepertinya negara menolak semua rekomendasi dan tidak tunduk kepada lembaga-lembaga tersebut, yang dicapai melalui, kekuatan diplomasi dan kekuatan militer negara yang siap mengawal. 

Keenam, memegang prinsip efisiensi anggaran dengan audit yang ketat. Menjaga semua kebutuhan primer agar terus terpenuhi dan tidak banyak mengeluarkan anggaran untuk kebutuhan yang bersifat sekunder. Semua ini hanya akan terwujud dalam sistem Islam yang sempurna. (**)

Sumber: