Hilirisasi Batu Bara, Untuk Siapa?
Muthmainnah Kurdi--doc
Sedangkan, sebagai pihak yang menyediakan teknologi dan pendanaan adalah perusahaan gas asal Amerika Serikat Air Products and Chemicals, Inc.
BACA JUGA:Menuju Perubahan Besar Dunia
BACA JUGA:Pejabat Berulang Kali Buat Rakyat Geram
Sayangnya, perusahaan asal AS itu hengkang dari kerjasama, yang berimplikasi mandeknya proyek DME.
Lima tahun kemudian, di era presiden Prabowo, proyek DME kembali diwacanakan, bahkan digadang-gadang menjadi proyek andalan yang akan segera dieksekusi pada akhir tahun ini.
Menilik nilai plus dari hilirisasi batu bara memang menggiurkan, dan berdampak signifikan bagi ekonomi bangsa.
Namun demikian harus juga menjadi pertimbangan, bahwa hilirisasi batu bara membutuhkan pendanaan yang besar dan SDM yang mumpuni.
Juga kesiapan sosialisasi, kesiapan pakai untuk masyarakat luas.
Misalnya, apakah sudah kompatibel antara gas dan kompor rumah tangga, kemudian apakah juga daya beli masyarakatya terjangkau.
Karena, menurut Direktur Utama (Dirut) PTBA, Arsal Ismail biaya operasional DME lebih besar ketimbang LPG.
Proyek hilirisasi batu bara dapat diolah menjadi produk turunan, baik sebagai bahan baku industri maupun sumber energi seperti Dimethyl Ether (DME), Methanol, Synthetic Gas, Hidrogen dan Amonia.
Sejauh ini, beberapa industri hilir batubara telah selesai dibangun, yaitu briket batubara, pembuatan kokas, dan upgrading Batubara (esdm.go.id)
Untuk itu, dibutuhkan tambang batu bara mentah yang melimpah, dana besar, dan teknologi.
Sebagaimana telah diulas sebelumnya, bahwa PTBA. Tbk sebagai suppliyer utama hilirisasi, sanggup menyediakan pasokan batu bara dalam jumlah besar.
Sedangkan teknologi pengolahannya melibatkan beberapa perusahaan milik negara dan beberapa perusahaan swasta.
Sumber: