Roys Mahkota
--
yea aina
Perjalanan ksp indi suryo (imajiner): Hanri Suryo adalah anak kandung Apendi Suryo. Buah tak jatuh jauh dari pohonnya. Setelah mempelajari sepak terjang bapaknya. Muncullah ide mendirikan KSP Indi Suryo. Simpanan pokok dan simpanan wajib didapatkan dari si bapak, karena memang ksp ini adalah fiktif belaka. Jangan tanya siapa saja anggotanya, mungkin saja semua karyawan serta para penghubung KSP ini adalah anggota fiktif koperasi. Hanri berstrategi jitu, menyasar pihak ketiga (non perbankan) sebagai penabung KSPnya. Simpanan pihak ketiga semakin membesar, hingga Hanri Suryo makin sejahtera, sejumlah apartemen di negeri jiran terbeli. Bermodal menaikkan "sedikit" bunga simpanan di KSPnya, nasabah semakin membludak juga jumlah tabungannya. 105,9 T. Naluri penipu demikian adanya, disaat jumlah penarikan simpanan nasabah membesar, itulah saat tepat untuk membuka semua kegiatan KSPnya. Pun di bawa ke pengadilan, penanggung jawab dan "pemilik" KSP bisa lolos jeratan hukum. Dana pihak ketiga apakah bisa dikembalikan? anda sudah tahu: uang masuk tidak mudah keluar lagi, dari kantong si penipu. Lhawong "perbuatannya" saja tidak salah di mata hukum kok.
Jimmy Marta
Koperasi simpan pinjam awalnya hanya hidup dari simpanan pokok dan simpanan wajib. Pinjaman sangat terbatas. Kemudian berkembang dg penyertaan modal pihak ketiga yg biasanya itu perbankan juga. Pinjaman per anggota meningkat drastis. Jadilah anggota mulai membeli yg lebih mahal. Rumah, kendaraan dan isi rumah. Anggota makin sejahtera, koperasi harus mulai inovasi. Muncul simpanan sukarela dan simpanan berjangka. Dikelola model bank modern. Mendapat simpanan makin besar dan diberi kepercayaan penuh, pengurus makin berani ekspansi. Diputar ke anggota yg berani buka usaha. Sebagian untuk beli saham bukopin. Dan sebagian lg untuk pengurus yg bernaluri bisnis. -perjalanan koperasi, bukan sejarah koperasi.
Budi Utomo
106 T Rupiah, 23 ribu orang. Berarti rerata 4,6 M per orang. Korbannya rerata golongan menengah atas dong. Benar kata Koh Liang Yang An, literasi finansial para korban ini “very poor”. Mengapa mereka tidak beli Government Bonds saja? Dengan modal Rp 4 M lebih itu mereka bisa dapat kupon minimal Rp 20 juta per bulan. Pemerintah Jepang atau Tiongkok misalnya gencar mendorong warga negaranya membeli obligasi/bonds yang diterbitkan tentunya dalam mata uang lokal. Tentu dengan iming-iming imbalan yang relatif lebih besar dari bunga bank. Tiongkok misalnya berhasil “menjual” government bonds setara dengan dua pertiga PDB/GDP. Sebuah sukses besar. Dengan demikian pemerintah efektif mengendalikan peredaran uang sekaligus punya modal membangun infrastruktur maupun suprastruktur. Harapan saya adalah ke depan pemerintah kita bisa meniru pemerintah Jepang atau Tiongkok. Agar tidak terjadi lagi kasus investasi yang menyedihkan macam ini.
AnalisAsalAsalan
Dugaan saya, sebenarnya polisi dan jaksa juga ragu tentang tindak pidana kasus ini. Namun, karena ini kasus dengan uang besar dan berdampak besar, maka polisi dan jaksa mencari-cari pasal pidana. Setidaknya mereka sudah berusaha maksimal. Hukum tetaplah hukum. Kalau tidak puas bisa banding. Jangan menghakimi hakim yang telah memutus perkara -- tidak empati lah; dapat uang berapa lah, dst. Pelajaran berharga -- beberapa waktu lalu diulas para perusuh: Hasil tidak akan mengkhianati proses. Nasabah harus jeli, teliti, dan waspada. Kalau tidak tahu bahkan tidak mau tahu proses -- kok bunganya bagus -- ya jangan berharap hasilnya bagus. Btw, tulisan selisih bunga hanya 2% dari bunga deposito bank yang paling tinggi kok tidak sesuai berita yang beredar di semua media. Bunga yang ditawarkan adalah 9-12%, sedangkan bunga deposito bank konvensional 5-7%. Berarti, 2% adalah selisih bunga terendah KSP Indosurya (9%) dikurangi bunga tertinggi deposito (7%).
Fa Za
Bungur kada ba akar, bungul kada ba akal
Sumber: