Sobekan Irawan
--
Waris Muljono
Bagi sebagian pihak, kekacauan, kerusuhan dan situasi buruk lainnya bisa jadi sengaja dipelihara untuk dijadikan proyek. Dlm tulisan ini pak DIS mencontohkan teroris. Mengapa pak DIS bisa mensinyalir begitu? Karena pak DIS berpengalaman "memelihara" perusuh-perusuh disway, sampai dibikinkan camp akhir tahun segala hehehehe Tapi perusuh disway ini sepertinya dipelihara bukan utk dijadikan proyek, tapi mau dibagi proyek. Begitu kan abah?
Dacoll Bns
Mantap, tinggal teroris di papua sekarang karena Sulawesi Insya Allah sudah beres , semoga beliau juga berhasil menuntaskan terorisme di Papua
Mirza Mirwan
"Sehari bisa 3-4 gelas, Pak Izrail. Gimana, mantap 'kan?" "Mantap atau tidaknya saya tidak tahu, Cak, wong saya baru kali ini ngopi." "Berarti Pak Izrail hanya minum teh saja?" "Ndak juga." "Oh...berarti saban hari minum air putih." "Saya ndak minum ndak makan, Cak," Izrail lantas menyeruput kopinya hingga habis. Menghormati tuan rumah, sih. Dan Izrail pun tertidur. Kesempatan itu digunakan Brodin untuk menaruh kertas yang memuat namanya di tumpukan paling bawah. Kurang dari dua jam kemudian, Izrail terbangun. "Wah, gegara kopi sampeyan saya bisa tidur, Cak. Padahal seumur hidup saya ndak pernah tidur." Brodin kecewa, tentu saja. Semula dikira Izrail mati. Ternyata bangun lagi. "Sebagai bentuk terima kasih, saya akan mencabut nyawa orang yang berada di urutan bawah daftar yang saya bawa, Cak!" Brodin : Lho, kok ..??? ---------------- Adaptasi dari humor Gus Dur.
Mirza Mirwan
Sebut saja namanya Brodin. Seperti Mayjen Farid, ia juga MA: Madura Asli. Suatu malam ia mendengar suara pintu diketuk dari luar disertai salam. "Wa'alaikum salam," sahut Brodin yang sedang nonton TV, lalu beranjak ke pintu. "Maaf, apakah benar sampeyan bernama Brodin?" tanya sang tamu serelah pintu terbuka. Tamu itu membawa stopmap tebal warna merah. "Benar, ta'iye. Mari masuk?" Sang tamu pun mengikuti Brodin, lalu dipersilakan duduk. "Mongomong nama sampeyan siapa ya?" tanya Brodin. "Saya Izrail, Cak Brodin." "Idih, kayak malaikat pencabut nyawa saja!" "Memang sayalah malaikat itu, Cak," kata sang tamu sambil membuka stopmap. "Dalam daftar yang saya bawa, malam ini, sekitar dua jam lagi saya harus mencabut nyawa sampeyan!" lanjutnya seraya menunjukkan selembar kertas di mana tertera nama, alamat, pekerjaan, dan jam pencabutan nyawa sampai menit dan detiknya. Brodin bergidik, tentu saja. Ia belum siap untuk mati. Dua anaknya masih cilkecil. Isterinya juga masih cantik semlohei. Tetapi karena Brodin orang Madura, tebersitlah ide cemerlang di otaknya. "O gitu. Ndak masalah. Tapi sambil nunggu waktu, gimana kalau kita pingopi dulu?" "Sebenarnya saya tak pernah ngopi, Cak. Tapi untuk menghormati sampeyan, okelah!" Brodin lantas ke dapur. Menyeduh dua gelas kopi. Tetapi gelas yang untuk Izrail dikasih dua bungkus racun tikus. "Sampeyan sering ngopi kayak gini, Cak" tanya Izrail setelah mencicipi kopinya.
Rihlatul Ulfa
namanya kuat maruf/tangan kanan ferdy sambo yg penurut/apapun kata manjikan manut/ namanya ricky rizal/ ajudan ferdi sambo yg nakal/yang tidak jadi menembak brigadir j/ karena nyali yg tidak begitu berani/ namanya ricard eliezer si algojo yg katanya menembak/awal mula ikut apa kata ferdy sambo/ujung-ujungnya ia tidak mengikuti komando/ mengatakan bahwa ia hanya disuruh/tapi tidak ada itikat untuk membantu/sampai akhirnya brigadir itu jatuh/drama keopisian yg sistematis/sampai banyak petinggi polisi ikut diadili/jabatan tinggi memang menyilaukan/sampai bisa mencoba mengubur pembunuhan yg fatal
Sumber: