Bisik-bisik Keras

Lalu datanglah tiga orang petugas. Mereka minta HP dua wartawan itu. Dibuka. Isinya
dihapus. Yakni yang berkaitan dengan wawancara soal tembak-menembak.
Saya pun bertanya kepada bos pemilik dua media itu. Saya ingin mewawancarai wartawan
yang langsung terjun ke lapangan. "Namanya jangan dibuka dulu. Kasihan mereka," kata
bos di dua perusahaan media grup CT Corp. Saya memakluminya.
Sang bos sudah ke Mabes Polri: mengadukan perlakuan pada dua wartawannya itu. Polri
menanggapinya dengan baik. Akan diselesaikan.
Walhasil upaya merahasiakan peristiwa besar ini sebenarnya berhasil. Awalnya. Tidak ada
media yang bisa mengklaim ''kamilah yang pertama mengungkap''.
Saya ingat di zaman Orde Baru. Saat itu sulit sekali untuk bisa menjadi pertamax seperti
itu. Wartawan sebenarnya selalu tahu secara dini peristiwa besar. Tapi takut
menuliskannya. Tunggu keterangan resmi saja. Kadang ada. Kadang tidak.
Wartawan yang lebih dulu tahu biasanya hanya mampu menceritakannya kepada sesama
wartawan, setelah mereka balik ke kantor. Maka kantin di kantor media itu asyik sekali.
Wartawan yang pulang dari ''pos'' masing-masing bercerita peristiwa apa saja yang ia
Sumber: