BACA JUGA:4 Bencana Alam Dahsyat yang Pernah Menimpa di Indonesia, Tragedi yang Mengubah Sejarah
Momen Krusial di Istana Negara
Saat G30S terjadi, Soekarno dilaporkan masih dalam keadaan tenang meskipun situasi semakin memburuk.
Setelah menyaksikan kekacauan yang berkembang, ia memutuskan untuk melakukan langkah-langkah strategis.
Melalui telepon, beliau menghubungi sejumlah pejabat militer dan pemimpin partai untuk mendapatkan informasi dan mendiskusikan langkah selanjutnya.
Di tengah ketegangan yang meningkat, Soekarno berupaya untuk mengendalikan situasi. Ia kemudian mengeluarkan pernyataan untuk meminta rakyat tetap tenang dan tidak panik.
Namun, tidak lama setelah itu, kondisi semakin tidak terkendali dan kudeta semakin menguat.
Keputusan yang Mengubah Arah Sejarah
Setelah beberapa hari kekacauan dan ketidakpastian, Soekarno akhirnya memutuskan untuk mengambil tindakan tegas.
Pada 1 Oktober 1965, setelah mengetahui bahwa G30S berada di belakang penculikan dan pembunuhan jenderal, ia mengeluarkan pernyataan resmi di radio.
Dalam pernyataannya, Soekarno mengutuk tindakan G30S dan meminta masyarakat untuk bersatu demi menjaga stabilitas negara.
Namun, tak lama setelah itu, situasi semakin memburuk dan kekuatan militer yang loyal kepada Soekarno mulai terkikis.
Jenderal Suharto, yang saat itu berada di posisi strategis di Angkatan Darat, mulai mengambil alih kendali dan mendorong Soekarno untuk mengumumkan keadaan darurat.
Peristiwa G30S bukan hanya menjadi titik balik dalam sejarah Indonesia, tetapi juga membawa perubahan signifikan dalam kepemimpinan dan struktur pemerintahan.
Soekarno, yang dikenal sebagai proklamator kemerdekaan Indonesia, harus menghadapi kenyataan pahit ketika kekuasaannya mulai hilang.
Kehadiran Soekarno saat G30S berlangsung menunjukkan kompleksitas dan tantangan yang dihadapi seorang pemimpin dalam masa krisis.