Perubahan suhu global dan pola cuaca dapat mengganggu siklus hidup capung, termasuk waktu bertelur, perkembangan larva, dan migrasi.
Musim panas yang lebih panjang dan musim dingin yang lebih pendek dapat menyebabkan ketidakseimbangan dalam ekosistem, di mana predator dan mangsa tidak lagi sinkron dengan siklus hidup capung.
4. Fragmentasi Habitat
Fragmentasi habitat, yang terjadi ketika habitat alami dibagi menjadi bagian-bagian kecil oleh jalan raya, permukiman, atau proyek infrastruktur lainnya, juga dapat berdampak negatif pada populasi capung.
Fragmentasi ini mengurangi akses capung ke habitat yang sesuai untuk berkembang biak dan mencari makan, sehingga memperlambat pertumbuhan populasi mereka.
Dampak Penurunan Populasi Capung terhadap Ekosistem
Penurunan populasi capung dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap ekosistem.
Mengingat peran penting capung sebagai predator dan indikator kualitas air, hilangnya mereka dapat menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem yang lebih luas.
Beberapa dampak potensial meliputi:
- Peningkatan Populasi Serangga Hama
Tanpa keberadaan capung yang efektif sebagai predator, populasi serangga hama seperti nyamuk dapat meningkat secara signifikan.
Hal ini dapat menyebabkan masalah kesehatan masyarakat, terutama di daerah tropis di mana penyakit seperti malaria dan demam berdarah ditularkan oleh nyamuk.
- Penurunan Kualitas Air
Capung sering kali digunakan sebagai bioindikator kualitas air karena mereka sangat sensitif terhadap polusi.
Penurunan populasi capung dapat menunjukkan bahwa kualitas air di suatu daerah sedang memburuk, yang bisa berdampak pada kehidupan akuatik lainnya, termasuk ikan dan tumbuhan air.
- Kehilangan Keanekaragaman Hayati