Tri Dharma

Kamis 19-01-2023,04:26 WIB

Johannes Kitono

Membaca CHD Ngaji Wagiman seperti baca kisah 1001 Malam di Timur Tengah. Hebat, anak desa yang tekad mau merubah nasib dengan hijrah ke Ibukota Jakarta. Pernah jadi ART di rumah Wakabulog yang kena kasus Bulogate sebesar Rp.35 mily yang melibatkan tukang pijit Presiden Gusdur. Dari ART pindah kerja ke kantor Arsitek,tentu pengalaman dan wawasan semakin bertambah. Jadi insinyur tukang dan praktek sebagai kontraktor. Untuk melengkapi persyaratan pendidikan menjadi Bupati, ikut paket ABC. Sama paketnya seperti yang dimiliki Ketum partai asal Kalbar. Yang depan namanya kemudian ditambah lagi DR entah dari Univ mana. Sesudah mapan dan kaya bangun mesjid dan pesantren di kampung halamannya. Hebat, tidak semua orang kaya bisa menjadi Filantropis seperti bohir Wagiman. Batal niat menjadi Bupati dan ganti nama menjadi Ibrahim Wagiman sudah tepat keputusannya. Jangan ikuti jejak ex Gubernur yang tidak menghormati Ducapil. Demi kepentingan politik dan untuk mendulang suara dan bikin sensasi. Setelah berbincang dengan Pendeta di gereja tahu tahu didepan namanya di tambah nama Yohanes lagi. Kasihan manteman yang kebetulan bernama Yohanes. Kok ada capres dan yang kurang atau over pede memakai nama yang sama. Hanya demi mendulang suara terpaksa harus murtad juga. Semoga pesantren maupun Mesjid yang dibangun P Wagiman bukan hanya bisa menampung 1000 santri dan umat.Tetapi juga bisa bertahan sampai 1000 tahun lagi.

 

Muh Nursalim

Suatu hari nginap di hotel syari'ah Solo, untuk sebuah tugas. Di kamar ada majalah hadila edisi khusus. lebih tebal dan lebar. Ternyata edisi khusus itu mengulas tentang lembaga penghafal alqur'an. Salah satunya adalah Yanbaul Qur'an Anak-Anak yang berada di Krandon Kudus. Dikisahkan dua kakak adik dari solo usia SD nyantri di tempat itu. Babaknya kuekueh mondokkan anaknya yang masih usia 7 tahun. Ibunya keberatan. Lalu si bapak meyakinkan istrinya, "Kasih sayang Allah itu lebih hebat daripada kasih sayangmu kepada anakmu". Maka dua anak itupun mondok d Kudus. Lulus SD hafal 30 juz. Nerusin ke pondok di Solo. Dua anak itu sekarang menjadi dokter, alumni FK UGM. Kalau liat anak-anak di yambu memang terasa kasihan. Perjuangan berpisah dengan orang tua sejak dini itu terbayar dengan hasil yang didapatkan.

 

omami clan

Tentang meng"Islamkan (mungkin meng"Arabkan) nama Jawa jadi ingat sebuah anekdot tentang seorang gubernur Jawa Tengah pada masa orba yang pada sebuah rapat bersama anggota dewan, mengusulkan agar sekiranya dapat men"Jawakan beberapa istilah sampai nama. Yang sang gubernur lupa adalah bahwa namanya sendiri yaitu Ismail. Sampai ada salah seorang anggota dewan nyeletuk "berarti kalau nama saya Ismail maka kalau di Jawakan jadi Semangil ya pak gub". Tanpa tawa dan kata lagi sang gubernur kemudian segera menutup rapat tersebut. Yang terjadi selanjutnya anda sudah tahu.

 

Udin Salemo

Sebagai orang yang berasal dari Minang saya tergerak menanggapi komentar pak Thamrin Dahlan dibawah. Waktu kecil saya selalu kagum akan orang yang baru pulang dari rantau. Melihat penampilannya berpakaian yang necis; bahan pakaian yang terkesan mahal; sisiran rambut yang klimis; ada aksesories jam tangan, cincin emas melingkar di jari dan rantai emas menggayuti dada. Mudah membagikan uang ke anak kecil. Melihat itu semua timbul keinginan untuk mengikuti jejak sang perantau jika sudah dewasa. Dari kecil ada satu pantun yang selalu diulang ulang oleh niniak mamak (pemimpin dalam kaum/suku) yang menambah motivasi untuk jadi perantau. Beginilah bunyinya: Karatau madang di hulu/ Babuah babungo balun/ Ka rantau bujang dahulu/ Di rumah paguno balun/ #everyday_berpantun

 

Cipto Kurniawan Tjhin

Wagiman : Wawasan luas Gigih berIman

 

Mbah Mars

Tags :
Kategori :

Terkait