“Benar anakku, aku ibumu.”
“Jangan membual. Enyahlah kau sekarang. Aku tidak punya ibu seekor kerbau, bau dan jelek Seperti mu!” teriak Putri Penengah sambil melemparkan sebuah batu besar.
Batu besar yang dilempar Putri Penengah tepat mengenai kepala si kerbau. Darah segar langsung mengucur deras dari kepala si kerbau.
Dengan hati yang sedih dan sambil menahan sakit karena luka di kepalanya ia pun pergi dari tempat anaknya Putri Penengah.
Si kerbau merasakan luka di kepalanya sangat sakit. Namun, sakitnya tidak seberapa dibandingkan sakit hatinya karena perlakuan kedua anaknya.
Si kerbau pun melanjutkan perjalanan mencari anak ketiganya, Putri Rinduwati. Dalam perjalannya ia bertemu dengan seorang yang sedang menjemur padi.
“Wahai seorang penjemur padi, dimanakah anakku Putri Rinduwati?”
“Putri Rinduwati ada di rejung yang besar disanalah hidup dengan suaminya.”