Tidak Kapok

Tidak Kapok

--

 

Munif Arifin

Jadi ingat saat berjuang bersama dengan nyonya, dulu. Untuk menentukan jenis dan regimen kemo, harus menunggu berbulan antri alat mahal itu. Berburu, berjibaku dengan waktu. Celakanya sel kanker itu tak akan mau tahu. Bermanuver tiada menentu. Untung ada fasilitas rawat inap VIP yang segera memangkas waktu tunggu alat mahal itu. Dan beruntung pula setelah itu bertemu dokter berhati malaikat (saya mutlak setuju dengan sebutan para PPDS pada ibu dokter berhati mulia ini). Kami berinteraksi dengan beliau hampir 6 tahun setelah itu. Terima kasih bu. Mugi tulus hati ibu menjadikan lapang Husnul khotimah nyonya.

 

Theodorus Trianto

Saat Prof Purohito memperdalam pengetahuannya di Univ. Erlangen Jerman , Nib Soehendra juga bekerja di Univ..Eppendorf Hamburg.Nib Soehendra lahir di Jakarta Th 1943. Prof Soehendra kariernya sebagai pelopor dibidang therapie ERCP bukan hanya di Europa tetapi.di dunia. (Wikipedia)

 

AnalisAsalAsalan

Urun rembug sedikit tentang pendidikan dokter spesialis. Menurut saya tak perlu dipermasalahkan university based atau hospital based. Yang penting kompetensinya. Biarlah dua-duanya jalan, yang penting ada yang menguji kompetensi. Begitu pun gelar, mau sama atau beda juga ga masalah, yang penting kompetensinya. Masalah utama adalah kalau hospital based, apakah setiap dokter spesialis atau spesialis konsultan bisa jadi pembimbing? Belum tentu. Di dunia IT saja, seorang programmer boleh jago, tetapi disuruh ngajar bisa ampun-ampun.

 

 

Leong putu

Mbah kliwon saya sarankan datang ke tempat terapi yang menggunakan ikan kecil² itu sebagai "terapisnya". Tapi, yang dicelupin jangan cuma kakinya saya. Coba Mbah Kliwon nyebur bugil saja. Ntar lihat reaksinya. Ikan2 pada antri atau malah mati semua. #selamat mencob.

 

Er Gham

Sumber: