Protokol Puting
Indro sudah siap dengan angka-angka hasil penelitiannya. Ia seorang peneliti. Ia tahu bagaimana prosedur yang benar dalam sebuah penelitian ilmiah.
Ia segera ajukan permohonan perizinan itu.
Sejak menyadari belum ada obat PMK, Indro memang langsung berinisiatif melakukan penelitian mandiri. Tanpa dana dari pemerintah. Wabah PMK harus segera diatasi. Wabah itu sudah merata. Tidak ada lagi daerah yang nihil.
Hampir tiap hari Indro mengemudikan mobil kecilnya itu selama dua jam. Kelas mobilnya, ampuuun, 1000 cc. Calya. Ia menuju Pangalengan. Yakni salah satu pusat sapi di Jawa Barat. "Di sini laporan resminya ada 1.000 sapi yang terkena PMK. Menurut hitungan saya lebih 2.500," ujar Indro.
Ia pun mondar-mandir dari Pangalengan ke laboratorium. Selama satu bulan terakhir. Lalu dari lab ke Pangalengan. Ia merasa tertantang harus bisa menemukan obat PMK.
Mengapa sampai meneliti susunya?
“Saya bermaksud menjadikan susu sapi sebagai vaksin untuk anak-anak mereka," ujar Indro.
Menurut hasil penelitian Indro, susu sapi yang baru saja terkena virus PMK mengandung titer antibodi yang tinggi. Maka anak-anak sapi yang masih sehat bisa diminumi susu sapi yang sudah sembuh PMK. "Apalagi anak sapi yang masih berumur 1-3 bulan belum bisa divaksin," ujarnya.
Kalau itu bisa dilakukan, Indro merasa Indonesia bisa menyelamatkan satu generasi sapi setelah wabah ini.
Hanya saja ada hambatan. Di dalam puting susu itu ada kemungkinan bersembunyi virus PMK. Maka Indro merencanakan membuat protokol pencucian puting susu. Yakni bagaimana peternak bisa merendam puting susu ke dalam cairan antiseptik. "Saya lagi meneliti. Perlu berapa menit perendaman puting itu. Sebentar penelitiannya selesai," katanya. "Perkiraan saya antara 5 sampai 10 menit. Tapi agar angkanya pasti tunggu hasil penelitian," tambahnya.
Bukan main leganya Indro bisa menemukan obat PMK ini. Ia ingat peristiwa 15 tahun lalu. Ia menerima ''hukuman'' dari atasan. Yakni saat ia melaporkan penemuannya: PMK sudah mulai masuk Indonesia.
Waktu itu Indro sudah selesai memperdalam ilmu virologi. Tapi ia merasa belum dipercaya sebagai ilmuwan. Maka ia putuskan berhenti bekerja. Ia belajar lagi. Ia dalami ilmu imunologi, patologi, fisiologi, epidemiologi, sistem diagnostik, dan biologi molekuler. Dua tahun ia di Australia.
Bahwa akhirnya Indro menemukan sesuatu untuk negara dan rakyatnya itu karena kesabarannya. Ia sudah kenyang dengan caci maki, hinaan, dan peremehan.
"Setiap kali ada wabah virus saya berpikir melihatnya dari banyak sudut keilmuan," katanya. "Virus itu sama. Di manusia, hewan, maupun tumbuhan" katanya.
Indro tipe peneliti yang tidak peduli gaji, penghasilan, dan fasilitas. "Sepanjang ada kopi satu galon penelitian jalan terus," katanya. "Apalagi kalau disertai rokok 4 pak," tambahnya.
Sumber: