Banjir Melanda Negeri, Saatnya Kita Instropeksi Diri
--
Bencana banjir bandang dan tanah longsor yang terjadi di tiga provinsi tersebut telah menyebabkan kerusakan yang parah dan menimbulkan kerugian baik dari segi materi ataupun nonmateri. Manusia, rumah, binatang, harta benda, sawah,ladang semua hanyut.
Bencana alam seperti banjir dan tanah longsor tidak serta merta datang begitu saja ibarat tidak ada asap kalau tidak ada api.
Bencana banjir dan longsor disebabkan oleh dua faktor yaitu karena faktor alam dan dari ulah manusia itu sendiri.
Banjir dan tanah longsor sering terjadi akibat curah hujan yang tinggi dan berkepanjangan. Ketika tanah tidak mampu menyerap air, aliran permukaan meningkat dan memicu banjir.
Selain faktor alam kerusakan lingkungan Akibat penebangan hutan yang memperburuk keadaan. Tanah longsor biasanya terjadi di daerah berbukit yang strukturnya melemah akibat terus-menerus diguyur hujan. Air yang meresap membuat tanah menjadi jenuh sehingga mudah meluncur ke bawah.
Aktivitas pembangunan di lereng tanpa memperhatikan stabilitas tanah turut memperbesar resiko. Faktor alam seperti cuaca ekstrem dan hujan yang lebat sejatinya adalah qodonya Allah.
Tapi penebangan kayu secara liar, penggundulan hutan demi pembukaan lahan tambang adalah bentuk keserakahan manusia.
Wilayah izin tambang di Sumatera total luas mencapai 2.458.469.09 hektare. Data kementerian ESDM ini membuktikan bahwa keadaan hutan di Sumatera berada dalam keadaan zona kritis.
Dimana luas izin tambang yang ada sudah melebihi luasnya kawasan hutan yang berfungsi sebagai penyerapan air ketika curah hujan dengan intensitas tinggi.
Semua itu dikarenakan sistem kapitalis yang menjadikan alam sebagai barang dagangan. Hutan yang seharusnya menjadi pelindung garda terdepan penyerapan air, di tangan kapitalis hutan menjadi aset komersial yang menguntungkan.
Uang triliun mengalir ke kantong-kantong pejabat dan oligarki, sementara rakyat hanya mendapat kebagian longsor dan banjir.
Negara dalam sistem kapitalis tidak berdiri sebagai pelindung, tetapi sebagai pemberi izin. Selama orientasi pembangunan adalah modal, bukan maslahat, izin akan terus keluar meski bencana datang tiap tahun.
Semua pembangunan diukur dari nilai investasi bukan nilai kehidupan, rakyat tetap menjadi korban. Padahal sesungguhnya Allah telah memperingatkan dalam QS. Ar-rum ayat 41 kepada manusia manusia serakah yang merusak alam.
Allah berfirman "setelah nampak kerusakan di darat dan laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali ( ke jalan yang benar)"
Sistem sekuler demokrasi kapitalisme telah menghilangkan peran sang khalik sebagai pencipta alam dan pengatur kehidupan.
Sumber: