Sebagaimana dalam kasus ini, diujung acara tiba-tiba disetel musik remix.
Alhasil, banyak remaja yang berjoget.
Tak jarang, penggunaan narkoba pun dilakukan, untuk menambah sensasi kenikmatan saat berjoget.
Sejatinya acara organ tunggal yang menyajikan musik remix rentan penyalahgunaan narkoba.
Sejumlah pakar mengungkapkan genre musik tertentu memang bisa diperkuat efeknya dengan penggunaan narkoba jenis khusus.
Dosen kesehatan mental dan ketergantungan obat terlarang di University of York, Ian Hamilton, dikutip dari The Conversation, menyebut selama berabad-abad para musisi menggunakan obat-obatan untuk meningkatkan kreativitas (CNNIndonesia.com, 10/11/23).
Fakta ini semakin mengkhawatirkan.
Problem serius yang harus segera diselesaikan.
Sekularisme (paham yang memisahkan agama dari kehidupan) yang semakin mengakar, membuat remaja hidup dalam gaya hidup liberal (bebas).
Remaja menganggap kesenangan duniawi adalah puncak kebahagiaan hakiki.
Dengan ini mereka kejar, tanpa memperhatikan lagi aspek halal dan haramnya.
Termasuk penyalahgunaan narkoba. Meskipun dalam kasus di atas, belum diketahui secara pasti, apakah sebab narkoba remaja tersebut tewas?
Hanya saja, jika melihat track recordnya banyak kasus serupa yang meninggal dalam pengaruh narkoba di acara organ tunggal.
Acara tersebutlah rawan penyalahgunaan obat terlarang, hingga mengancam nyawa.
Selain itu, upaya hukum pelarangan musik remix faktanya tak mampu membawa dampak yang signifikan.
Fakta di lapangan, masyarakat masih curi-curi kesempatan.