Nama Carstensz Pyramid diambil untuk menghormati penemunya.
Namun, meskipun sudah ditemukan pada abad ke-17, gunung ini tetap sulit diakses selama berabad-abad dan baru bisa didaki pada tahun 1962 oleh seorang pendaki asal Belanda bernama Heinrich Harrer, yang sebelumnya dikenal karena penjelajahannya di Tibet dan film "Seven Years in Tibet".
6. Kekayaan Alam dan Keanekaragaman Hayati
Selain pemandangan yang memukau, Gunung Puncak Jaya juga memiliki kekayaan alam yang sangat berharga.
Kawasan sekitar gunung ini merupakan rumah bagi berbagai macam flora dan fauna yang endemik dan langka.
Hutan tropis yang mengelilinginya adalah rumah bagi banyak spesies tanaman dan hewan yang tidak ditemukan di tempat lain di dunia.
Tumbuhan seperti anggrek hutan Papua dan berbagai jenis pohon kayu keras tumbuh subur di daerah ini.
Sementara itu, fauna seperti kasuari, kanguru pohon, dan berbagai spesies burung hanya dapat ditemukan di wilayah ini.
7. Perubahan Iklim Mengancam Keberadaan Es Abadi
Seperti halnya gletser di daerah tropis lainnya, gletser Carstensz yang terletak di puncak Puncak Jaya menghadapi ancaman besar akibat perubahan iklim.
Para ilmuwan telah mengamati bahwa gletser ini terus menyusut dan terancam hilang dalam beberapa dekade mendatang.
Fenomena ini menjadi pengingat penting akan dampak perubahan iklim global yang tidak hanya mempengaruhi lingkungan sekitar, tetapi juga ekosistem yang ada di puncak-puncak gunung tropis.
8. Keunikan Budaya Suku Lokal di Sekitar Puncak Jaya
Di sekitar kaki Gunung Puncak Jaya, terdapat berbagai suku lokal yang telah lama tinggal di wilayah Papua, seperti suku Amungme dan suku Nduga.
Suku-suku ini memiliki budaya yang sangat khas, dengan tradisi yang telah diwariskan turun-temurun.
Mereka memiliki cara hidup yang sangat bergantung pada alam dan memiliki pengetahuan mendalam tentang ekosistem sekitar gunung.