Di Indonesia, budidaya mutiara terutama dilakukan di daerah perairan yang kaya akan sumber daya laut, seperti Bali, Lombok, dan Sulawesi.
BACA JUGA:Budidaya Ayam Mutiara Merawat Kesejahteraan dan Produktivitas Unggas Petelur
BACA JUGA:Kisah Sukses Petani dalam Budidaya Jamur Tiram di Banyuasin, Sumatera Selatan
Metode budidaya modern ini melibatkan langkah-langkah seperti pemilihan induk kerang, penyisipan inti (biasanya terbuat dari kerang atau bahan sintetis), serta perawatan yang baik.
Para petani mutiara kini menggunakan teknik seleksi genetik untuk mendapatkan kerang yang memiliki kemampuan produksi mutiara terbaik.
Selain itu, penggunaan teknologi pemantauan kualitas air juga menjadi faktor penting dalam menjaga kesehatan kerang dan kualitas mutiara yang dihasilkan.
Proses Panen Mutiara
Setelah melalui proses budidaya yang memakan waktu antara 6 hingga 24 bulan, kerang mutiara siap untuk dipanen.
Proses panen dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari kerusakan pada kerang dan mutiara yang dihasilkan.
Petani akan membuka cangkang kerang untuk mengambil mutiara yang telah terbentuk di dalamnya.
Setiap kerang dapat menghasilkan satu hingga beberapa mutiara, tergantung pada ukuran dan kesehatan kerang.
Mutiara yang dipanen kemudian dibersihkan dan diproses untuk memastikan kualitasnya. Proses ini termasuk pengujian warna, bentuk, dan kilau, yang semuanya berpengaruh pada nilai jual mutiara.
Nilai Jual Mutiara
Mutiara yang dihasilkan dari budidaya modern memiliki nilai jual yang bervariasi tergantung pada kualitas, ukuran, dan keunikannya.
Mutiara berkualitas tinggi, terutama yang memiliki warna langka dan bentuk yang sempurna, dapat dijual dengan harga yang sangat mahal, menjadikannya salah satu perhiasan yang paling dicari di pasar global.
Para perancang perhiasan ternama sering kali menggabungkan mutiara dalam koleksi mereka, menambah nilai estetika dan komersial.