Pada tahun 1938, Indonesia yang masih bernama Hindia Belanda berhasil mengirim tim sepak bola ke Piala Dunia di Prancis.
Meskipun kala itu Indonesia berpartisipasi di bawah bendera Hindia Belanda, namun hal ini tetap menjadi momen penting dalam sejarah sepak bola Indonesia.
Warisan Soeratin dan PSSI
Soeratin Sosrosoegondo tidak hanya dikenang sebagai pendiri PSSI, tetapi juga sebagai tokoh nasional yang berperan penting dalam mengangkat martabat bangsa melalui olahraga.
Dedikasinya terhadap perkembangan sepak bola nasional membuahkan hasil yang signifikan, bahkan setelah kemerdekaan Indonesia.
Hingga saat ini, PSSI terus berkembang menjadi organisasi olahraga yang menaungi berbagai kompetisi sepak bola di Indonesia, mulai dari Liga 1, Liga 2, hingga berbagai ajang internasional seperti Piala AFF dan Piala Asia.
Warisan Soeratin juga dikenang melalui Piala Soeratin, sebuah kompetisi sepak bola untuk pemain usia muda yang diadakan setiap tahun.
Kompetisi ini menjadi ajang pembibitan talenta-talenta muda yang kelak akan menjadi bintang sepak bola Indonesia.
Nama-nama besar seperti Bambang Pamungkas, Boaz Solossa, dan Evan Dimas pernah merintis karier sepak bola mereka melalui ajang Piala Soeratin.
Sepak Bola dan Nasionalisme
Sejak berdirinya PSSI, sepak bola di Indonesia telah menjadi lebih dari sekadar olahraga.
Sepak bola adalah cerminan semangat nasionalisme dan kebersamaan.
Ketika tim nasional Indonesia berlaga di panggung internasional, rakyat Indonesia bersatu mendukung Garuda di dada, tanpa memandang perbedaan suku, agama, atau golongan.
Soeratin melihat sepak bola sebagai alat pemersatu bangsa, dan hingga saat ini, olahraga ini tetap menjadi medium yang menyatukan masyarakat Indonesia.
Baik ketika menyaksikan tim nasional berjuang di Piala AFF, atau menyaksikan klub-klub lokal berlaga di kompetisi Liga 1, semangat kebersamaan selalu hadir di setiap pertandingan sepak bola.
Kesimpulan