Nilai ekonomi kayu cendana yang tinggi bahkan membuat tanaman ini menjadi salah satu penyebab konflik dan perebutan kekuasaan di masa la na.
Cendana dikenal sebagai pohon yang unik, baik dari segi penampilan maupun manfaatnya.
Pohon ini memiliki daun yang kecil dan berwarna hijau tua, dengan batang yang kokoh dan berwarna cokelat keabu-abuan.
Namun, yang paling khas dari pohon cendana adalah aroma harumnya yang sangat kuat dan tahan lama, bahkan setelah kayunya dipotong dan diolah.
Kayu cendana dikenal memiliki tekstur yang halus dan padat, sehingga sangat dihargai dalam pembuatan kerajinan tangan, ukiran, dan furnitur berkualitas tinggi.
Selain itu, minyak cendana yang diekstraksi dari kayu ini sangat dihargai dalam industri parfum dan kosmetik.
Minyak cendana memiliki aroma yang menenangkan dan sering digunakan dalam ritual keagamaan, meditasi, dan pengobatan tradisional.
Pohon Cendana sebagai Simbol Budaya dan Identitas NTT
Bagi masyarakat NTT, pohon cendana bukan sekadar tanaman ekonomi, tetapi juga simbol budaya dan identitas daerah.
Cendana sering kali menjadi bagian dari upacara adat, mulai dari kelahiran hingga kematian.
Misalnya, dalam tradisi masyarakat Timor, kayu cendana digunakan dalam berbagai ritual keagamaan dan adat, sebagai simbol keberkahan dan perlindungan.
Di sisi lain, cendana juga menjadi inspirasi dalam berbagai karya seni dan budaya masyarakat NTT.
Banyak seniman lokal yang menggunakan kayu cendana untuk membuat ukiran, patung, dan barang seni lainnya.
Bahkan, motif dan aroma cendana sering diabadikan dalam lagu-lagu dan cerita rakyat, yang menekankan betapa berharganya tanaman ini bagi kehidupan mereka.
Tantangan dan Upaya Pelestarian Pohon Cendana
Meskipun memiliki nilai ekonomi dan budaya yang tinggi, pohon cendana menghadapi ancaman serius.