Kematian mendadak kerbau ini tidak memiliki gejala sama sekali.
"Dalam tiga hari ini sudah ada 15 ekor kerbau yang mati mendadak," katanya, Jumat 12 April 2024. saat menghubungi harianbanyuasin.com.
Dia menjelaskan, kerbau yang tengah berendam di rawwa-rawa tiba-tiba ngorok dan langsung kejang-kejang hingga akhirnya mati.
"Diduga kerbau milik peternak ini dikarenakan terkena virus. Tidak ada tanda-tanda atau gejala sebelumnya. Tahu-tahu ngorok dan langsung kejang-kejang, tidak lama berselang mati," jelasnya.
Dirinya menduga belasan kerbau itu terkena penyakit ngorok (tagere) atau penyakit septicaema epizootica (SE).
"Gejalanya mirip penyakit ngorok," ucap Budi.
Dirinya berharap agar Pemkab Banyuasin dalam hal ini Dinas Perkebunan dan Perternakan (Disbunnak) Banyuasin segera mengambil tindakan.
"Warga kami yang memiliki kerbau saat ini khawatir penyakit tersebut bisa menyebar pada kerbau-kerbau lainnya," ucap Budi.
Terlebih, penyakit ngorok ini sudah terjadi di Kabupaten OKI, yang notabenenya bertetangga dengan sejumlah desa di Kecamatan Rambutan, Banyuasin.***