Proses ini disebut "pembubaran bulan," dan seiring berjalannya waktu, partikel-partikel dari bulan yang hancur itu membentuk cincin-cincin yang kita lihat saat ini.
Cincin-cincin Saturnus tidak selalu ada dalam bentuk yang sama. Mereka dapat berubah dan berfluktuasi seiring waktu.
Beberapa cincin bahkan mungkin terbentuk dan menghilang dalam rentang waktu yang relatif singkat.
Ada daerah khusus di antara cincin-cincin Saturnus yang disebut sebagai "terowongan batas antar cincin" atau "division."
Daerah ini tampak kosong, meskipun sebenarnya berisi sangat sedikit partikel cincin. Itu adalah area yang menarik untuk penelitian lebih lanjut.
Saturnus memiliki magnetosfer yang sangat besar dan kuat yang melindunginya dari angin matahari dan partikel bermuatan tinggi.
Magnetosfer ini sangat luas, melampaui orbit Titan, bulan terbesar Saturnus.
Ada rencana untuk misi manusia ke Saturnus di masa depan.
Meskipun ini mungkin beberapa dekade lagi, ilmuwan dan insinyur berusaha mengembangkan teknologi yang dapat membantu manusia menjelajahi planet ini.
Anda tidak perlu menjadi seorang astronaut atau ilmuwan antariksa untuk mengamati Saturnus.
Dengan teleskop yang cukup kuat, Anda dapat melihat planet ini dari Bumi.
Melihat Saturnus dengan mata sendiri dan melihat cincinnya yang indah adalah pengalaman yang menakjubkan.
Saturnus dinamai dari dewa Romawi yang juga dikenal sebagai Kronos dalam mitologi Yunani.
Kronos adalah dewa waktu dan panen. Nama Saturnus sangat cocok karena planet ini memiliki rotasi yang cepat dan tampaknya melibatkan waktu yang lama untuk mengorbit Matahari.
Ketika Anda melihat Matahari terbenam di Saturnus, pengalaman itu akan tampak sangat berbeda. Karena atmosfer planet ini, Matahari akan terlihat menonjol di atas cincin-cincinnya dan menciptakan pemandangan yang spektakuler.
Selain Cassini-Huygens, NASA telah merencanakan misi lain untuk memahami Saturnus dan sistemnya lebih baik.