Zaman muda dulu, saat awal-awal jadi wartawan, urusan lead ini paling meneror.
Maka setiap kali selesai wawancara pikiran langsung bertanya: apa lead-nya nanti. Sepanjang perjalanan pulang ke kantor pun pikiran fokus ke mencari lead.
Kadang sampai lampu bang-jo tidak terlihat. Ditangkap polisi.
Begitu lead ditemukan, bagi saya, 50 persen tulisan sudah selesai. Cerita bisa dialirkan dari lead itu.
Lead itu ibarat ibarat gincu. Menarik untuk dilihat. Penting untuk dibayangkan. (*)
Komentar Pilihan Dahlan Iskan*
Edisi 14 Januari 2023: Tertutup Terbuka
Rizky Dwinanto
"Eh koyo ngene kabeh, emoh aku".. Dilakukan Megawati sambil menunjuk para kadernya. "Lha kan sudah ada pemimpin yang mustinya.." Dilakukan Megawati setelah memuji-muji dirinya yang cantik, karismatik, pintar dan pejuang. "Kok elu gak ngelihatin gua ya". Dilakukan setelah menyebut kader bertanya tentang calon pemimpin. Fixed, Pak Dahlan gak bisa baca arahnya juga seperti yang lainnya. Ibu Mega masih menginginkan kadernya mengajukan dirinya tetapi dengan cara perempuan yang muter-muter dulu. Ibu Mega kecewa karena kadernya lebih memilih nama Jokowi dan Ganjar dibanding dirinya. Disitulah terungkap ucapan kekesalan "koyo ngene kabeh, emoh aku". Saking sebelnya kepada Jokowi yang mengendorse Prabowo dan Ganjar, sampai Ibu Mega mengungkapkan kekesalannya. "Jokowi bukan siapa-siapa kalau gak ada PDIP". Pak Dahlan harus belajar pada saya untuk memahami perempuan.