Lukman bin Saleh
Orang menyebutnya warung Fir'aun. Hampir tiap malam terjadi perdebatan di sana. Kebanyakan masalah politik. Menyusul masalah teologi. Seru penuh emosi. Makin tengah malam makin panas. Suara yang berdebat terdengar sampai jauh. Sampai dini hari. Begitu tiap malam. Puluhan tahun. Mulai tahun 80-an sampai awal 2.000-an. Dari mana mereka mendapat topik perdebatan sehingga bisa berdebat selama itu? Salah satunya ya dari radionya Bung Ilo: BBC London. Atau radio2 SW luar negeri lainnya: Deutsche Welle Jerman, Australia, atau Nederland. Dan ini yang terpenting: sosok yang disebut Fir'aun. Si pemilik warung. Tanpa dia sepertinya suasana panas tidak akan bisa terpelihara selama itu. "Fir'aun" inilah yang setiap saat selalu mebuat kontroversi. Berbeda dari yang lain. Dia tidak gentar walau "dikeroyok" oleh seisi warung. Saat PDI didiskreditkan Orba. Dia membela PDI. Saat Golkar dikecam di masa reformasi, dia kibarkan bendera Golkar tinggi2. Konon lagi masalah teologi (ketuhanan). Ampun2 sudah. Yg tidak biasa mendengarnya bisa "terbakar" telinganya. Itu sebabnya dia diberi julukan Firaun. Maka warungnya disebut warung Firaun. Sekarang "Fir'aun" sudah pensiun. Tapi saat melihat Pak Pry di Disway. Kok saya teringat. Karena kalau difikir2 perannya kurang lebih sama. Pemicunya saja yang beda. "Fir'aun" BBC, P Pry CHD. Tapi kalau masalah bikin panas, nilai saja sendiri. Dan tentu sama2 kuat. "Fir'aun" perusuh terkuat di warung kopi. P Pry perusuh terkuat di Disway...
mpromosi 888
Radio ditempat saya dulu malah yg ditunggu2 adalah siaran pengumuman togel singapore di waktu sore
din Salemo
Sama seperti Ilo, saya jadi pendengar setia BBC versi terestrial via gelombang pendek (sw) tersebab almarhum ayah. Tepat pukul 05.00 wib siaran berita dari BBC versi bahasa Indonesia sudah mengudara di rumah. Itu penanda bagi kami anak-anaknya untuk segera bangun. Bunyi kemrosok dan suara yang kadang timbul tenggelam dari radio tiga band merek Cawang adalah pembuka hari kami di waktu itu. Tahun 1980-an radio termasuk barang berharga di desa kami. Saking berharganya waktu itu radio bahkan bisa digadaikan di Perjan Pegadaian (itu nama jadul PT Pegadaian). Beberapa nama mantan penyiar dan penyiar BBC bahasa Indonesia yang saya ingat: Inke Maris, Hasan Asyari Oramahi, Irna Sinulingga. Menuk Suwondo, Endang Nurdin, Rohmatin Bonasir, Asyari Usman, Yusuf Arifin, Mohamad Susilo, Liston Siregar, Panusunan Simanjuntak dan Sastra Wijaya. Sejak medio tahun 2000 saya sudah jarang mendengar siaran BBC bahasa Indonesia. Sekarang saya beralih mendengarkan radio live streaming. Terutama radio online negara jiran, macam Sabah fm, Johor fm, Kelantan fm, Labuan fm, dll. Rendam celana pakai deterjen/ Deterjen dibeli oleh anakku/ BBC London radio lejen/ Kenangan abadi bersama ayahku/ #everyday_berpantun
Kang Sabarikhlas
dah lebih seratus, komen ah... anu.. rasanya berita BBC ndak lurus² amat. RRI juga disiaran pedesaan mesti bunyi ’murah sandang pangan, seger kuwarasan’,...(masih harapan)… Radio swasta lebih menghibur sesuai ’kasta’… di Surabaya dulu awalnya SS fm dianggap radio 'wong gedongan' beda Radio Suzana merakyat karna ada Wonokairun Cs dan sering jumpa fans, dan radio Cakrawala yg asik Penyiarnya baca kirim salam²an penggemar hingga 30 menitan pakai bahasa tantretan baru diisi lagu dangdut... munculnya tv regional Jtv ada ’pojok kampung’ dengan bahasa jawa timuran yang legendaris kalimatnya ”Empal brewoke diplokoto tonggone”… lucu kayak mak Bongky, juga lucu tengah malam ada Cak Bagong tebak²an berhadiah pulsa. ...anu,.. disini ndak ada hadiah pulsa?.. duh,..ancor pesena telor...
Saiful Ahmad
Sebagai sesama anak Welahan. Saya bangga dengan Mas Ilo yang bisa berkarir di Kantor Berita bereputasi di London, Inggris.