Tapak Suci Muhammadiyah Warisan Silat yang Menyatu dengan Budaya Indonesia!
Tapak Suci Muhammadiyah: Sejarah Lahirnya Perguruan Silat yang Mengakar di Indonesia--Youtube Kak NH
HARIANBANYUASIN.COM - Tapak Suci Muhammadiyah bukan hanya sekadar perguruan pencak silat, tetapi juga salah satu organisasi bela diri dengan prinsip keagamaan yang kuat di Indonesia.
Didirikan pada 31 Juli 1963 di Kauman, Yogyakarta, Tapak Suci Muhammadiyah lahir dari semangat Muhammadiyah untuk memperkuat aspek pendidikan jasmani dan rohani bagi anggotanya.
Perkembangan Tapak Suci yang pesat menjadikannya salah satu elemen penting dalam pergerakan bela diri Indonesia yang hingga kini eksis dengan berbagai pencapaian dan prestasi.
BACA JUGA:Keindahan & Kekuatan! Inilah 5 Jurus Kungfu Legendaris Paling Populer
BACA JUGA:Karate, Taekwondo, atau Silat? Temukan Perbedaan dan Keunikan Tiga Seni Bela Diri Dunia yang Keren!
Bagaimana sejarah Tapak Suci terbentuk dan apa yang menjadikannya begitu spesial di kalangan pencak silat Nusantara?
Awal Mula Terbentuknya Tapak Suci
Di awal dekade 1960-an, para pemuda Muhammadiyah memiliki keinginan untuk menguasai ilmu bela diri yang sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Saat itu, pencak silat di Indonesia belum terorganisir dengan baik dan banyak perguruan yang belum memiliki konsep pendidikan keagamaan yang kuat.
Dari situ, lahir inisiatif untuk mendirikan perguruan silat yang berlandaskan pada prinsip-prinsip Islam, sebagai bentuk ekspresi fisik dan spiritual para anggotanya.
BACA JUGA:Mau Jago Pencak Silat? Kuasai Teknik Dasar Kuda-Kuda Ini Dulu!
BACA JUGA:Dunia Petarung Jalanan Fenomena, Risiko, dan Rahasia yang Belum Banyak Orang Tahu!
Pendiri utama Tapak Suci Muhammadiyah adalah K.H. Abdullah Sungkar, seorang tokoh Muhammadiyah yang melihat pentingnya pengembangan pencak silat sebagai media dakwah sekaligus menjaga warisan budaya bangsa.
Bersama tokoh-tokoh Muhammadiyah lainnya, beliau menggagas Tapak Suci sebagai wadah bagi umat Islam untuk mempelajari seni bela diri yang mengutamakan kedisiplinan, ketangguhan, dan ketakwaan.
Sumber: