Kesejahteraan Petani Sumatera Selatan Awal Tahun
Oleh Lukman Huq Mahmuda Siregar S Tr Stat Statistisi Pertama BPS Kabupaten Banyuasin
SALAH satu tujuan pembangunan ekonomi adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat sehingga dalam setiap tahapan pembangunan kesejahteraan masyarakat selalu menjadi tujuan utama Sebagai negara agraris dengan jumlah penduduk besar dan proporsi rumah tangga yang bekerja di bidang pertanian dominan maka perhatian terhadap kesejahteraan petani atau rumah tangga yang mengusahakan pertanian dinilai strategis Salah satu alat ukur kesejahteraan petani yang digunakan saat ini adalah Nilai Tukar Petani NTP NTP merupakan perbandingan indeks antara harga yang diterima oleh petani It dengan harga yang dibayar oleh petani Ib Konsep ini secara sederhana menggambarkan daya beli pendapatan petani Nilai NTP yang semakin tinggi menunjukkan bahwa petani semakin mampu dalam perekonomian atau dalam kata lain sejahtera begitupun sebaliknya Namun beberapa ahli mengatakan bahwa konsep NTP belum sepenuhnya menggambarkan kesejahteraan petani Karena konsep pengukuran NTP tidak mengakomodasi perkembangan produktivitas kemajuan teknologi maupun kondisi sosial ekonomi petani Walaupun demikian NTP tetap dapat memberikan gambaran dan manfaat dalam suatu analisis angka Dari indeks yang diterima petani dapat dilihat fluktuasi harga barang barang yang dihasilkan petani Sedangkan dari indeks yang dibayar petani dapat dilihat fluktuasi harga barang barang yang dikonsumsi oleh petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat pedesaan serta fluktuasi harga barang yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian Perkembangan harga tersebut juga dapat menggambarkan inflasi di pedesaan Badan Pusat Statistik membagi sektor pertanian ke dalam beberapa sub sektor diantaranya Sub Sektor Tanaman Pangan Sub Sektor Hortikultura Sub Sektor Tanaman Perkebunan Rakyat TPR Sub Sektor Peternakan dan Sub Sektor Perikanan baik perikanan tangkap maupun perikanan budidaya Sehingga sejatinya istilah petani bukan hanya rumah tangga yang melakukan usaha di bidang tanaman dan sejenisnya melainkan juga termasuk rumah tangga yang melakukan usaha di bidang peternakan dan perikanan Perkembangan Nilai Tukar Petani Nilai Tukar Petani NTP Provinsi Sumatera Selatan pada bulan Januari 2022 mengalami tercatat mengalami kenaikan 1 15 persen dibanding NTP bulan sebelumnya yakni sebesar 114 45 Kenaikan NTP pada Januari 2022 ini disebabkan oleh indeks harga hasil produksi pertanian It mengalami rata rata kenaikan harga sebesar 2 13 persen Sedangkan indeks yang dibayar petani Ib secara umum hanya mengalami rata rata kenaikan sebesar 0 97 persen sehingga masih terjadi surplus harga dari yang diterima oleh petani Secara umum kenaikan NTP Januari 2022 dipengaruhi oleh naiknya NTP pada subsektor Perkebunan sebesar 1 76 persen Peternakan 0 83 persen Perikanan secara umum 2 07 persen Perikanan Tangkap 2 01 persen dan Perikanan Budidaya 2 22 persen Sedangkan subsektor lain mengalami penurunan diantaranya Subsektor Tanaman Pangan sebesar 0 92 persen dan Hortikultura sebesar 2 83 persen Pengukuran NTP di Provinsi Sumatera Selatan didasari pemantauan harga harga perdesaan di 96 Kecamatan di 12 Kabupaten Perbandingan indeks harga komoditas pertanian yang diproduksi oleh petani terhadap indeks harga barang jasa yang dibayar petani untuk keperluan konsumsi rumah tangga dan biaya produksi menjadi ukuran untuk melihat tingkat daya beli petani Perbandingan tersebut juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi Pada Januari 2022 ini nilai indeks harga yang diterima oleh petani meningkat dari 122 78 menjadi 125 39 Kenaikan indeks ini disebabkan oleh naiknya rata rata indeks tersebut pada hampir semua subsektor seperti Subsektor Tanaman Pangan yang naik sebesar 0 12 persen Perkebunan 2 72 persen Peternakan 1 87 persen Perikanan secara umum 2 77 persen Perikanan Tangkap 2 46 persen dan Perikanan Budidaya 3 24 persen Sedangkan pada Subsektor Hortikultura indeks ini mengalami penurunan yakni sebesar 1 78 persen Pada indeks harga yang dibayar petani secara umum juga mengalami kenaikan dari 108 51 menjadi 109 56 dari bulan sebelumnya Kenaikan tersebut disebabkan oleh meningkatnya indeks pada masing masing subsektor seperti Subsektor Tanaman Pangan yang meningkat sebesar 1 05 persen Hortikultura 1 08 persen Perkebunan 0 95 persen Peternakan 1 03 persen Perikanan secara umum 0 69 persen Perikanan Tangkap 0 45 persen dan Perikanan Budidaya 1 01 persen Melalui indeks ini dapat dilihat juga fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan khususnya petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat perdesaan serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian Jika dilihat secara umum kedua indeks ini meningkat tetapi peningkatan pada indeks harga yang diterima lebih besar sehingga masih terjadi surplus harga yang diterima oleh petani Surplus tersebut menunjukkan bahwa pada bulan Januari tahun 2022 ini petani di Provinsi Sumatera Selatan mengalami penguatan daya beli
Nilai Tukar Petani Menurut Subsektor Menurut masing masing subsektor dapat dilihat lebih mendalam tentang fluktuasi harga harga yang tersebar di wilayah ini Pada Subsektor Tanaman Pangan pada bulan Januari Tahun 2022 ini secara umum mengalami penurunan Pada indeks harga yang diterima oleh petani harga pada Kelompok Padi mengalami peningkatan yakni sebesar 0 30 persen tetapi pada Kelompok Palawija khususnya rambat ketela pohon dan jagung mengalami penurunan sebesar 0 79 persen Sementara itu rata rata kenaikan harga yang dibayar oleh petani didominasi oleh peningkatan harga pada Kelompok Konsumsi Rumah Tangga yang naik sebesar 0 98 persen dan Kelompok Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal BPPBM yang naik sebesar 1 24 persen Subsektor Tanaman Hortikultura pada Januari 2022 secara umum mengalami penurunan pada NTP Penurunan ini disebabkan oleh turunnya harga yang diterima oleh petani pada berbagai komoditi Sayur sayuran khususnya bawang daun kol kubis dan cabai hijau yang mengalami penurunan rata rata sebesar 4 80 persen dan Kelompok Buah buahan khususnya pepaya nanas dan duku sebesar 0 23 persen Sedangkan Kelompok Tanaman Obat khususnya kemangi kunyit dan jahe mengalami kenaikan sebesar 2 94 persen Penurunan nilai tukar tersebut juga dikarenakan oleh meningkatnya harga yang dibayar oleh petani seperti Kelompok Konsumsi Rumah Tangga dan Kelompok BPPBM yang secara umum dan berturut turut naik sebesar 1 00 persen dan 1 55 persen Nilai Tukar Petani pada Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat pada awal tahun tersebut secara umum mengalami peningkatan Peningkatan tersebut disebabkan oleh indeks harga yang diterima oleh petani pada Kelompok Tanaman Perkebunan Rakyat khususnya kelapa sawit kopi dan karet yang secara rata rata naik sebesar 2 72 persen Sementara pada harga yang dibayarkan oleh petani peningkatan terjadi pada Kelompok Konsumsi Rumah Tangga sebesar 0 87 persen dan Kelompok BPPBM yang juga naik sebesar 1 29 persen Pada Subsektor Peternakan nilai NTP mengalami kenaikan pada bulan Januari 2022 Peningkatan tersebut disebabkan oleh kenaikan indeks harga yang diterima oleh petani pada semua kelompok yakni Kelompok Ternak Besar khususnya sapi potong dan kerbau yang meningkat secara rata rata sebesar 1 25 persen Ternak Kecil khususnya domba dan kambing yang meningkat sebesar 0 63 persen Unggas khususnya ayam ras pedaging ayam ras petelur dan ayam kampung yang meningkat sebesar 2 64 persen serta Kelompok Hasil Ternak khususnya telur ayam ras dan telur itik bebek sebesar 1 96 persen Pada indeks yang dibayar petani terjadi kenaikan harga pada Kelompok Konsumsi Rumah Tangga sebesar 0 90 persen dan Kelompok BPPBM sebesar 1 17 persen Subsektor Perikanan juga mengalami peningkatan NTP secara umum Peningkatan tersebut disebabkan oleh kenaikan indeks harga yang diterima petani pada Kelompok Perikanan Tangkap yang meningkat secara rata rata sebesar 2 46 persen dan Kelompok Perikanan Budidaya sebesar 3 24 persen Sementara rata rata kenaikan pada harga yang dibayar oleh petani meningkat pada Kelompok Konsumsi Rumah Tangga sebesar 0 84 persen dan Kelompok BPPBM sebesar 0 61 persen Nilai Tukar Nelayan pada Januari 2022 naik sebesar 2 01 persen Hal tersebut terjadi karena kenaikan rata rata pada harga yang diterima oleh petani nelayan pada Kelompok Penangkapan di Perairan Laut khususnya ikan teri tongkol dan belanak yang meningkat sebesar 2 97 persen Tetapi pada Kelompok Penangkapan di Perairan Umum rata rata harganya turun khususnya pada ikan seluang betutu dan baong sebesar 0 12 persen Sedangkan pada Kelompok Konsumsi Rumah Tangga dan Kelompok BPPBM mengalami kenaikan berturut turut sebesar 0 85 persen dan 0 10 persen Nilai Tukar Budidaya Ikan pada Januari 2022 mengalami kenaikan sebesar 2 22 persen Hal tersebut dikarenakan terjadi kenaikan pada harga yang diterima seperti pada Kelompok Ikan di Budidaya Air Tawar sebesar 1 53 persen khususnya lele mujair dan patin tawar dan Kelompok Budidaya di Air Payau khususnya ikan bandeng payau dan udang payau yang mengalami peningkatan sebesar 4 49 persen Sementara itu harga yang dibayarkan oleh petani pada Kelompok Konsumsi Rumah Tangga naik sebesar 0 82 persen dan Kelompok BPPBM naik sebesar 1 28 persen
Inflasi Perdesaan Perkembangan indeks khususnya pada indeks yang dibayar oleh petani mencerminkan tentang inflasi deflasi perdesaan yakni fluktuasi naik turunnya harga harga barang yang dikonsumsi oleh petani maupun yang digunakan untuk biaya produksi Dari peningkatan harga harga yang diterima oleh petani tentu saja diikuti juga oleh peningkatan indeks harga yang dibayar oleh petani yang diukur dari Indeks Konsumsi Rumah Tangga IKRT Perubahan IKRT tersebut mencerminkan angka inflasi atau deflasi perdesaan Pada bulan Januari 2022 terjadi inflasi perdesaan sebesar 0 90 persen di Provinsi Sumatera Selatan Hal tersebut dikarenakan oleh meningkatnya harga pada sebagian besar Kelompok Pengeluaran seperti Kelompok Makanan Minuman dan Tembakau yang mengalami peningkatan sebesar 1 34 persen Kelompok Perumahan Air Listrik dan Bahan Bakar Rumah Tangga sebesar 0 10 persen Kelompok Perlengkapan Peralatan dan Pemeliharaan Rutin Rumah Tangga sebesar 0 60 persen Kelompok Kesehatan 0 52 persen Kelompok Transportasi 0 20 persen Kelompok Rekreasi Olahraga dan Budaya sebesar 0 22 persen Kelompok Pendidikan sebesar 0 19 persen Kelompok Penyediaan Makanan dan Minuman Restoran sebesar 0 39 persen dan Kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya sebesar 0 23 persen Sementara itu terdapat juga kelompok kelompom yang mengalami penurunan harga seperti Kelompok Pakaian dan Alas Kaki sebesar 0 05 persen dan Kelompok Informasi Komunikasi dan Jasa Keuangan yang menurun sebesar 0 24 persen Kenaikan harga harga tersebut untungnya masih bisa diimbangi oleh kenaikan harga harga pada hasil produksi pertanian sehingga Nilai Tukar Petani di Provinsi Sumatera Selatan masih mengalami peningkatan secara umum yang berarti bahwa daya beli petani di Sumatera Selatan masih cukup kuat
Sumber: