Berani mengatakan tidak pada riba, saat nyaris semua orang menjadi pelakunya, berani berkata tidak pada gaul bebas pada saat lingkungan menariknya, berani berkata benar, ketika yang lain justru menutup kebenaran.
Muharam, Momentum Hijrah
----
Bagi umat Islam, tahun baru Islam seharusnya menjadi momen untuk introspeksi.
Bahwa, selama lebih satu abad sejak diruntuhkannya sistem pemerintahan Islam oleh Mustafa Kemal Attaturk, kehidupan umat Islam khususnya, dan umat manusia secara umum, berada dalam penindasan, di bawah kepemimpinan tiran.
Namun, untuk sebuah perubahan hijrah, dibutuhkan perencanaan yang matang, bukan pelarian mendadak.
Sebagaimana telah diuraikan oleh cendekiawan muslim, ustadz Ismail Yusanto dalam Dialog Muharam 1447 H pada 28 Juni lalu.
Bahwa, untuk perubahan besar dunia yang hakiki, tidak saja dibutuhkan perencanaan yang matang tapi juga kerjasama serta, harus setia mengikuti jalan teladan Rasulullah Saw. dengan tidak menempuh jalan kekerasan.
Masih menurut ustadz Ismail Yusanto, hijrah tidak cukup dengan bekal transformasi diri, tapi juga lingkungan.
Selain perbaikan kualitas diri dibutuhkan tatanan pola perubahan universal dari yang buruk membentuk kehidupan yang lebih baik, tidak sebatas perjalanan fisik, tapi merevitalisasi seluruh komponen kehidupan umat Islam, yang kemudian menjadi tonggak berdirinya peradaban Islam yang menjadi mercusuar dunia hingga berbilang abad.
Hijrah Bukan Sejarah
----
Peristiwa hijrah menjadi titik awal terwujudnya kemuliaan umat secara universal, bukan sekedar sejarah, yang hanya diperingati sebatas seremonial.
Penting diketahui, bahwa umat Islam dan non muslim (yang tunduk pada Islam), pernah bersatu di bawah naungan institusi Islam (Khilafah), berdampingan hidup damai dan sejahtera di bawah aturan Allah.
Dan Islam tersebar ke seluruh penjuru dunia, menjadi rahmat bagi seluruh alam, termasuk di Nusantara.
Namun hari ini, seolah hijrah hanya sebatas sejarah, sekedar seremonial diperingati.