Keputusan ini seolah mendapat apresiasi dari berbagai kalangan, ditambah lagi pemerintah pun memberikan ruang atas fenomena ini, karena keputusan itu dianggap sebagai hak dasar setiap individu, hak asasi manusia, dan hak pribadi atas pilihan hidupnya.
Banyak faktor yang menjadi penyebab pasangan suami istri melakukan childfree.
BACA JUGA:Rumah Sendiri Dipajaki, Kok Bisa?
BACA JUGA:Pemberatasan Judi dalam Sistem Kapitalis Sekuler
Pertama, faktor psikologis. Faktor yang paling mendasar seseorang melakukan childfree adalah adanya trauma masa kecil dan gangguan kesehatan mental berupa depresi atau kecemasan serta ketidakyakinan untuk menjadi orang tua yang baik.
Kedua, faktor ekonomi. Ketakutan setiap pasangan suami istri akan tidak terjaminnya hidup si anak kelak karena biaya hidup untuk membesarkan anak yang dianggap tidak sedikit.
Ketiga, faktor sosial. Banyak opini dan isu beredar tentang populasi penduduk yang dianggap makin meningkat tetapi tidak sejalan dengan ketersediaan pangan.
Demikian juga isu kesehatan bumi mendorong munculnya rasa keprihatinan sehingga tidak ingin menambah populasi penduduk bumi yang telah banyak.
Faktor ke empat adalah para perempuan terdorong untuk memiliki tujuan lain dalam hidup.
Mereka menganggap selama ini semua perempuan seakan tidak diberi pilihan selain menikah dan punya anak.
Padahal perempuan punya pilihan sendiri, seperti ingin lebih fokus melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, fokus pada pencapaian karir/jabatan, serta ingin memprioritaskan waktu berdua bersama pasangan.
Mereka menganggap mempunyai anak akan menghambat mereka untuk mengembangkan diri dan secara tidak langsung membuat kebanyakan wanita mengesampingkan kodrat reproduksinya.
Faktor kelima yaitu adanya gaya hidup serbab bebas, dalam hal ini terkait dengan homoseksual.
Adanya ketertarikan antara orang-orang yang berjenis kelamin sama, misalnya seorang pria tertarik kepada pria (gay) atau seorang wanita tertarik kepada wanita (lesbi) menjadi salah satu fenomena yang mendukung munculnya childfree.
Dari semua faktor penyebab tersebut, istilah childfree seolah menampik pemikiran tradisional yang menganggap bahwa makin banyak anak yang dimiliki, maka makin banyak pula rezeki yang diperoleh.
Hal ini membuat manusia tidak memiliki keyakinan akan adanya sang pencipta di muka bumi ini.