BACA JUGA:Hiu vs Paus, Menyingkap Perbedaan Dua Raksasa Lautan
Di beberapa restoran kelas atas, hidangan yang menggunakan kepiting Alaska bahkan dapat mencapai harga puluhan juta rupiah.
Namun, tingginya harga ini bukan hanya karena status eksklusifnya, tetapi juga karena beberapa faktor unik yang mempengaruhi proses penangkapan dan distribusi kepiting Alaska.
Faktor-Faktor Penyebab Harga Tinggi
Proses Penangkapan yang Berbahaya dan Musiman Kepiting Alaska ditemukan di perairan dingin dan berbahaya di Laut Bering, antara Alaska dan Rusia.
Proses penangkapan kepiting ini dikenal sebagai salah satu pekerjaan paling berbahaya di dunia.
Cuaca ekstrem, gelombang besar, dan suhu beku membuat para nelayan menghadapi risiko tinggi selama musim penangkapan.
Musim penangkapan kepiting Alaska sendiri sangat terbatas, biasanya berlangsung hanya selama beberapa bulan, yang semakin membatasi ketersediaan kepiting ini di pasar.
Kualitas dan Ukuran yang Luar Biasa Kepiting Alaska dikenal karena ukuran dan kualitas dagingnya yang luar biasa.
Kepiting jantan dewasa bisa mencapai berat lebih dari 10 kilogram, dengan daging yang lembut, manis, dan memiliki tekstur yang khas.
Daging kepiting ini sering dianggap sebagai salah satu yang terbaik di antara jenis kepiting lainnya, menjadikannya bahan makanan yang sangat diidam-idamkan oleh para chef dan pecinta kuliner.
Biaya Ekspor yang Tinggi Karena kepiting Alaska hanya bisa ditangkap di wilayah perairan tertentu, biaya untuk mengekspor ke berbagai negara, termasuk Indonesia, sangat tinggi.
Proses pengiriman kepiting segar juga harus dilakukan dengan hati-hati agar kualitasnya tetap terjaga.
Metode pendinginan dan pengemasan yang khusus diperlukan agar kepiting sampai di meja restoran dalam kondisi prima.
Semua faktor ini berkontribusi pada kenaikan harga di pasar internasional.
Permintaan Tinggi di Pasar Internasional Kepiting Alaska sangat diminati di seluruh dunia, terutama di negara-negara seperti Jepang, Korea Selatan, China, dan Amerika Serikat.