Indonesia Dicap Negara Terburuk Soal Aturan Buta Warna, Kok Bisa?

Sabtu 19-10-2024,13:00 WIB
Reporter : Kristina
Editor : Seffa

BACA JUGA:Mengenal 5 Hewan Mitologi Indonesia yang Sarat Makna Budaya

Namun, di Indonesia, penderita buta warna sering kali mengalami diskriminasi.

Banyak institusi pendidikan dan lapangan kerja yang memberlakukan aturan ketat, melarang atau membatasi akses bagi mereka yang memiliki kondisi ini, meskipun dalam banyak kasus, buta warna tidak mempengaruhi kemampuan untuk menjalankan tugas pekerjaan dengan baik.

Diskriminasi dalam Pendidikan dan Pekerjaan

Salah satu aspek paling menonjol dari aturan buta warna di Indonesia adalah persyaratan dalam seleksi masuk perguruan tinggi dan pekerjaan.

Banyak jurusan di universitas, seperti kedokteran, farmasi, dan teknik, secara otomatis menolak pelamar yang mengalami buta warna, tanpa mempertimbangkan seberapa parah kondisi mereka atau apakah kondisi tersebut benar-benar mempengaruhi kemampuan akademis mereka.

Sebagai contoh, seorang calon mahasiswa kedokteran yang mengalami buta warna parsial mungkin memiliki semua kemampuan yang diperlukan untuk menjadi dokter yang kompeten.

Namun, karena tes buta warna yang diterapkan di awal seleksi, mereka akan langsung gugur dari proses penerimaan.

Hal serupa juga terjadi di beberapa sektor pekerjaan, seperti pegawai negeri, sektor kesehatan, hingga perusahaan teknologi.

Banyak institusi yang menerapkan persyaratan buta warna sebagai faktor eliminasi, meskipun dalam banyak posisi, kemampuan membedakan warna tidak menjadi syarat utama.

Mengapa Aturan Ini Diterapkan?

Ada beberapa alasan mengapa aturan terkait buta warna begitu ketat di Indonesia.

Salah satunya adalah asumsi bahwa buta warna akan mengurangi efektivitas seseorang dalam menjalankan pekerjaan tertentu.

Misalnya, dalam bidang kesehatan atau farmasi, membedakan warna obat dianggap sangat penting.

Namun, penelitian menunjukkan bahwa banyak penderita buta warna tetap mampu bekerja dengan baik dalam lingkungan seperti itu, asalkan mereka diberi pelatihan yang sesuai.

Selain itu, kurangnya pemahaman tentang kondisi buta warna dan minimnya regulasi yang mendukung hak-hak penderita buta warna turut memperkuat aturan diskriminatif ini.

Kategori :