Sungsang dikelilingi oleh perairan yang kaya akan sumber daya laut, yang menjadi mata pencaharian utama masyarakat desa ini.
Namun, apa yang membuat Sungsang benar-benar istimewa adalah sejarah panjangnya yang terkait dengan berbagai budaya dan peradaban.
Sejarah Sungsang tidak hanya dimulai beberapa ratus tahun yang lalu, tetapi lebih dari ribuan tahun yang lalu.
Prasasti Kota Kapur adalah bukti tertulis yang menghubungkan Sungsang dengan peradaban Sriwijaya yang megah.
Kota Kapur adalah kawasan yang berhadapan langsung dengan Selat Bangka, yang merupakan jalur utama transportasi laut pada masa lalu.
Selat Bangka menghubungkan Sungsang dengan Sungai Upang, Sungai Sungsang, dan Sungai Saleh, yang semuanya memiliki peranan penting dalam sejarah daerah ini.
Berdasarkan bukti sejarah, dapat disimpulkan bahwa Sungsang adalah salah satu pemukiman yang ada sebelum zaman Kerajaan Sriwijaya.
Peran Sungsang dalam pertahanan dan perdagangan pada saat itu adalah kunci dalam sejarah Kesultanan Palembang Darusalam.
Desa ini digunakan sebagai benteng pertahanan terdepan oleh kesultanan, dan dari Sungsanglah persiapan pertahanan dilakukan, termasuk pemasangan meriam dan persenjataan lainnya.
Namun, asal usul nama "Sungsang" sendiri menjadi bahan perdebatan.
Ada beberapa versi yang berbeda tentang bagaimana nama ini muncul.
Versi pertama berasal dari penuturan tokoh masyarakat setempat, yang mengklaim bahwa nama Sungsang berasal dari seorang pengembara bernama Pojang Cinde Kirana.
Pojang Cinde Kirana berlayar untuk tujuan berdagang, tetapi perjalanannya terhenti ketika perahunya terdampar.
Menurut bahasa penduduk setempat, "terdampar" adalah "tersangsang," yang kemudian menjadi "Sungsang."