BACA JUGA:Bupati Banyuasin Dikukuhkan Sebagai Duta Bapak Asuh Anak Stunting
Ma'ruf mengatakan persoalan stunting bukan hanya perkara tinggi badan.
Namun stunting dapat berdampak buruk pada kualitas hidup individu tersebut misalnya menyebabkan penyakit kronis, tertinggal dalam kecerdasan dan kalah dalam persaingan.
Dalam kesempatan itu Ma'ruf juga mengingatkan bahwa persoalan stunting ini harus ditangani dengan serius.
Karena dampak buruk stunting dapat termanifestasi dalam waktu bertahun-tahun.
Mengutip kalimat UNICEF yang menyatakan anak stunting memiliki badan dan otak yang stunting.
Anak stunting memiliki kehidupan yang stunting. Dampak penuh dari stunting di masa kecil mungkin baru termanifestasi dalam waktu bertahun-tahun ke depan dan akibatnya terlambat untuk diatasi.
Oleh sebab itu, kita mesti serius melakukan upaya menurunkan angka stunting di negara kita," ujarnya.
Masih dalam pidatonya Ma'ruf mengatakan angka stunting Indonesia saat ini mencapai 21,6 persen.
Angka stunting itu harus berhasil diturunkan untuk mengejar target 14 persen pada 2024.
"Saya ingatkan kembali prevalensi stunting di Indonesia saat ini adalah 21,6 persen.
Ini supaya kita sadar. Sementara target kita adalah 14 persen pada 2024.
Sisanya tinggal, tidak sampai 2 tahun. Artinya, secara nasional setiap tahun 2023, 2024, itu kita harus menghasilkan, bisa menurunkan 3,8 persen kalau untuk 14 persen 3,8 persen," tambahnya.
Sebelumnya, Wakil Presiden Ma'ruf Amin menyoroti soal fenomena pernikahan anak.
Pernikahan anak memang tak dilarang, tapi akan menimbulkan efek negatif, seperti bayi yang dilahirkan mengalami stunting.
Oleh karena itu Ma'ruf mengingatkan kepada orang tua untuk lebih ekstra mengawasi remajanya agar berperilaku hidup dan pergaulan sehat.