"Alhamdulillah Dinas yang di pimpin bu Yosi Zartini ini juga menyambut baik dan siap bersinergi untuk memproduksi Albumin ikan gabus ini dalam pencegahan stunting melalui pasangan usia subur (PUS)," ujarnya.
Selain itu, pihaknya juga mengundang Kepala Dinas Koperindag yang akan membantu permodalan, pengemasan dan pemasaran produk. "Nanti juga kita akan kerjasama dengan pihak kimia Parma untuk diolah menjadi Albumin kapsul," katanya.
Dikatakannya, pengolahan ikan gabus ini Zero Waste yakni tanpa sisa. Dimana selain diproduksi jadi albumin, kulit ikan bisa jadi kerupuk, daging ikan jadi pempek, abon dan lainnya.
"Jadi tak ada sisa, sirik kulit ikan dan kepala ikan juga nantinya tak bakal terbuang bisa diolah. Sebab kulit ikan ini mengandung kalogen yang baik untuk kulit wajah. Sedangkan kepala ikan kata peneliti dari Unsri tadi juga Omega 3 yang baik untuk kesehatan otak," jelasnya.
Diakuinya, jika sentra produksi Albumin sudah siap edar. Pihaknya sudah menyiapkan berbagai strategi agar Banyuasin tidak kekurangan bahan baku. Diantaranya sudah menyiapkan budidaya ikan gabus di Kecamatan Talang Kelapa.
"Dari segi bisnis ini sangat menguntungkan. Dimana dalam 1kg dengan harga Rp 60.000, dapat menghasilkan Albumin sebanyak 3 botol ukuran 40ml. Perbotol dijual dengan harga Rp70.000. Sedangkan seratnya bisa dibuat pempek dan makanan lainnya," katanya.
Sementara itu, BPOM Palembang Zulkifli sangat mendukung produksi Albumin ikan gabus yang akan digagas Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuasin. Tentunya kata, Zulkifli sebelum beredar, harus punya izin BPOM, Halal dan lainnya.
"Pengurusan izin di BPOM tidak ribet dan lama. Tentunya BPOM sangat mendorong UMKM maupun IKM untuk berkembang sebab visi misi BPOM adalah mengangkat UMKM di setiap daerah," ujarnya.