BANNER ASKOLANI 2 PERIODE HL

Benarkah Daging Kucing Bisa Jadi Obat? Mengungkap Fakta dan Mitos

Benarkah Daging Kucing Bisa Jadi Obat? Mengungkap Fakta dan Mitos

fakta dan mitos seputar konsumsi daging kucing sebagai obat, serta risiko yang mungkin terkait dengan praktik ini.--Foto nesabamedia

Kucing dapat menjadi pembawa berbagai penyakit zoonosis, yaitu penyakit yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia. 

Salah satu penyakit yang terkenal adalah toksoplasmosis, yang disebabkan oleh parasit Toxoplasma gondii yang sering ditemukan pada kucing. 

Konsumsi daging kucing yang tidak dimasak dengan benar dapat menyebabkan penularan penyakit ini, yang bisa berbahaya bagi manusia.

Terutama bagi wanita hamil dan individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.

- Kekhawatiran Etika

Mengkonsumsi daging kucing juga menimbulkan masalah etika yang signifikan. 

Di banyak negara, kucing dianggap sebagai hewan peliharaan yang harus dilindungi, bukan dijadikan sumber makanan. 

Hal ini menciptakan ketegangan budaya antara negara-negara yang melarang konsumsi daging kucing dan negara-negara yang membolehkan atau mempraktikkannya.

- Kurangnya Bukti Klinis

Tidak ada penelitian klinis yang mendukung klaim bahwa daging kucing memiliki manfaat kesehatan. 

Tanpa bukti ilmiah, klaim-klaim ini lebih tepat dikategorikan sebagai mitos atau kepercayaan tanpa dasar.

Risiko Kesehatan yang Berpotensi Timbul dari Konsumsi Daging Kucing

Selain risiko zoonosis, ada beberapa potensi bahaya lain yang perlu diperhatikan terkait dengan konsumsi daging kucing:

1. Keracunan Makanan

Jika daging kucing tidak dimasak dengan benar, ada risiko keracunan makanan yang serius. 

Sumber: