Tahlil Kanjuruhan

Tahlil Kanjuruhan

--

Oleh: Dahlan Iskan

SAYA telat tiba di Kanjuruhan  Selasa malam lalu. Sudah pukul 21.00. Acara dengan PM Malaysia Anwar Ibrahim di Jakarta lebih lama dari yang saya duga. 

 

Bulan bulat sudah cukup tinggi di langit Kanjuruhan. Itu purnama ketiga pasca bencana besar 1 Oktober tahun lalu. 

 

Bayangan saya: halaman Kanjuruhan penuh sesak Aremania/Aremanita. Saya akan sulit mencapai panggung di depan.

 

Malam itu hari yang sangat penting: peringatan 100 hari tragedi terbesar ketiga dalam sejarah sepak bola dunia.

 

Saya kaget: sepi sekali. Nyaris lengang. Tidak sampai 200 orang yang mengelilingi nyala 100 lilin di halaman luas itu.

 

Saya ketinggalan satu acara: pemutaran thriller film Kanjuruhan. Tapi tahlil dan doa belum dimulai.

 

Di depan panggung masih tampil Kapolres Malang memberi sambutan. Singkat. Padat. Rendah hati. Minta maafnya berkali-kali. 

Sumber: