Bunda, Berdakwahlah Bersama Ananda
--
Dari Abu Hurairah, ia berkata: Telah bersabda rasulullah Saw, ”Sesungguhnya ada seseorang yang diangkat (ditinggikan) derajatnya di jannah (syurga)”. Lalu ia bertanya (terheran-heran), ”Bagaimana aku bisa mendapat ini (yakni derajat yang tinggi di surga)?”. Dikatakan kepadanya, ”(Ini) disebabkan istighfar (permohonan ampun) dari anakmu (kepada Allah) untukmu”.
Kemudian, jika orang tua mendidik anaknya menjadi anak yang salih atau salihah, ia akan menjadi penolong orang tuanya di surga. Sebab, jika orang tua telah tiada di dunia, doa orang yang salih yang sangat dibutuhkan.
Rasulullah Saw. bersabda, ”Sesungguhnya Rasulullah Saw telah bersabda, apabila manusia telah mati, maka terputuslah dari semua amalnya kecuali tiga perkara. Shadaqah jariayah, ilmu yang diambil manfaatnya dan anak shalih yang mendoakannya”. (HR. Muslim)
Dengan begitu, kita merasakan kehadiran anak bukanlah 'beban' dalam mengemban amanah dakwah. Justru menjadi penyemangat, agar Ananda tahu aktivitas dakwah yang dilakukan orang tuanya sedari kecil. Anak akan terbiasa dengan aktivitas dakwah, hingga tumbuh rasa cinta dalam dirinya.
Kedua, lakukan management waktu dan kondisikan anak sebelum melakukan aktivitas dakwah. Seperti misalnya menyiapkan segala kebutuhan anak ketika ibu sedang belajar atau mengajar. Mengkondisikan sang anak agar proses belajar dalam aktivitas dakwah terasa aman dan nyaman.
Ketiga, tumbuhkan rasa ikhlas dalam diri. Saat melakukan aktivitas dakwah, baik tatkala menuntut ilmu atau sedang berdakwah. Jika sang anak ternyata rewel atau tidak bisa dikondisikan. Sikap kita tetaplah tenang, dan perlahan menenangkan sang anak. Bisa jadi, itu adalah caranya mengekspresikan diri agar kebutuhannya terpenuhi.
Namun, jika posisi kita sebagai murid yang siap menimba ilmu dakwah, ternyata anak guru atau saudari kita sedang 'rewel'. Kita tidak boleh menjudge. Bantulah sebisanya, ikut menenangkan. Tabahkan si ibu. Sebab, kita tidak pernah tahu berapa kerasnya usaha sang ibu agar suasana belajar tetap kondusif. Pun, kita juga tidak tahu bagaimana perasaan sang ibu, kerasnya usaha sang ibu hingga membuatnya penat dan lelah.
Sumber: