BANNER ASKOLANI 2 PERIODE HL

Cacar Monyet: Butuh Proteksi Negara Agar Tidak Menjadi Wabah

Cacar Monyet: Butuh Proteksi Negara Agar Tidak Menjadi Wabah

--

Oleh : Hani Handayani, A.Md

 

PANDEMI covid-19 belum usai penyebarannya sampai saat ini, kini WHO atau organisasi kesehatan dunia kembali menetapkan dua virus penyakit yang berpotensi menjadi pandemi yakni, virus Hepatitis dan virus cacar Monyet. Sabtu 23 Juli 2022, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menetapkan Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) atas wabah cacar monyet yang sedang muncul di banyak negara. Status tersebut berada status tingkat kewaspadaan global di bawah status pandemi. Status ini berpegang pada pandangan antara Anggota Komite dan Penasihat, termasuk faktor lain sesuai regulasi kesehatan Internasional.

Kasus cacar Monyet teridentifikasi di 98 negara. Mengutip dari laman CDC gov, negara non endemik cacar monyet hingga 26 Agustus 2022, CDC melaporkan 47.209 kasus  di negara non endemik cacar monyet sementara di negara endemik ada 443 kasus. Sementara di Indonesia, Kementerian Kesehatan memastikan satu warga Indonesia terkonfirmasi menderita cacar monyet. Pasien tersebut berjenis kelamin laki-laki berusia 27 tahun. Diketahui mempunyai riwayat perjalanan. Ke Belanda, Swiss, Belgia dan Prancis sebelum terinfeksi. 

 

Mengenal Cacar Monyet

Cacar monyet adalah penyakit yang disebabkan oleh virus  DNA keluarga orthopoxvirus, oleh karena itu di luar negeri dinamakan Minkeypox. Virus ini masih satu keluarga dengan penyakit cacar, tatapi perlu di catat ini berbeda dengan cacar air yang sering menyerang anak-anak usia sekolah. Virus yang menyebabkan cacar air adalah variCell-zoster yang  masih satu keluarga dengan virus penyebab penyakit herpes.

Ketua satgas cacar monyet PB IDI dr. Hanny Nilasari, SpKM menjelaskan gejala suspek cacar monyet bisa berupa demam, pembesaran kelenjar limfe, dan ruam-ruam di area muka, telapak tangan, kaki dan sekitar alat genital. 8Gejala ini hampir sama dengan cacar air, namun kematian akibat cacar air sanggatlah jarang terjadi. Sementara, kematian akibat cacar Monyet bisa mencapai 11%  bagi yang belum divaksinasi. 

Berdasarkan epidemiologi sebagai besar terjadi di negara-negara Afrika yang berasal dari monyet. Namun pada 2003, terjadi kasus 70 cacar monyet di Amerika Serikat yang disebabkan oleh praire dog (sejenis marmut) yang dipelihara di sana. Bermula dari hewan tersebut hidup dalam satu kandang dengan tikus yang diimpor dari Ghana.

Penularan penyakit ini dari manusia ke manusia melalui kontak erat, droplet, kontak langsung dengan lesi kulit penderita, memegang benda yang baru saja di gunakan penderita, melalui hubungan seksual. Juga bisa terjadi pada ibu hamil yang ditransmisi vertikal selama masa kehamilan atau persalinan. Namun, sebagian kasus ditengarai adanya hubungan sejenis antara laki-laki dengan laki-laki.

 

Agar Tidak Menjadi Wabah

Manusia sebagai makhluk sosial tidak dimungkiri memiliki mobilitas interaksi yang tinggi, hak inilah yang kadang kala menjadi penyebab cepatnya penyebaran penyakit. Oleh karena itu, dibutuhkan pengendalian yang tepat agar berbagai penyakit kedepannya tidak menjadi pandemi. Lantas seperti apa langkah-langkah yang bisa dilakukan?

Bila menilik hasil penelitian di New England Journal of Medicine yang mencatat sekitar 95% infeksi cacar monyet diperoleh melalui hubungan seks, terutama hubungan seks antar pria. Ini jelas bahwa penyebab inilah yang harus dihentikan. Kebebasan berperilaku saat ini membuat manusia kebablasan dalam bergaul sehingga menabrak norma-norma agama. Wajar bila berbagai penyakit timbul saat ini. 

Maka bila menginginkan dunia terbebas dari berbagai penyakit, hendaknya aturan dalam kehidupan ini menggunakan aturan dari Sang Maha Pencipta yakni Allah SWT. Jauh sebelum kemajuan zaman Islam telah mempunyai mekanisme dalam Pencegahan agar wabah tidak menyebar sebagai Rasulullah Saw bersabda: “Apabila kalian mendengar wabah di suatu negeri, maka janganlah kalian masuk ke dalamnya, namun jika ia menjangkiti suatu negeri, sementara kalian berada di dalamnya, maka janganlah kalian keluar dari negeri tersebut." (HR. al-Bukhari).

Dari hadis ini jelas bahwa butuh isolasi wilayah, agar wabah tidak menyebar ke wilayah lain. Tetapi, sistem saat ini tidak bisa menerapkan isolasi wilayah karena pertimbangan untung rugi dalam persoalan ekonomi. Maka hal yang wajar bila penanggung wabah saat ini di rasa setengah hati, di satu sisi mau memberikan perlindungan terhadap rakyatnya disisi lain rakyat juga di korban demi perputaran ekonomi. 

Seyogianya negara mampu memberikan proteksi yang aman terhadap rakyatnya. Rasa aman itu dibutuhkan dalam segala aspek kehidupan baik dari kesehatan dan yang lain. Fasilitas kesehatan pun hendaknya menjadi perhatian negara, sehingga rakyat tidak terbebani dengan biaya kesehatan yang mahal. 

Bila melihat sumbangsih peradaban Islam terhadap kesehatan sanggatlah besar. Dimasa Daulah Abbasiyah pembiayaan kesehatan dari dana wakaf cukup besar. Banyak rumah sakit di bangun saat itu dengan pelayanan terbaik. Bila ada pasien masuk rumah sakit, mereka diminta melepaskan baju dan di ganti baju yang baru dari Rumah Sakit agar terhindar dari penularan penyakit. Selanjutnya, pasien di tempatkan di ruangan khusus sesuai dengan jenis penyakitnya. Pun dalam pelayanan para dokter rumah sakit di masa peradaban Islam saat itu sangat santun. Pasien yang sakit akan di layani secara prima tanpa memandang status apapun. 

Oleh karena itu rakyat membutuhkan sistem yang bisa memberikan proteksi aman dalam segala aspek kehidupan. Sistem saat ini sudah terbukti tidak mampu memberi proteksi keaman, maka sistem yang terbaik adalah kembali pada sistem Islam yang telah banyak membuktikan keberhasilan.

 

Wallahu a’lam  (**)

Sumber: