Jalur Patak Banteng (Wonosobo): Jalur ini adalah yang paling populer dan menawarkan rute yang cukup pendek namun menantang.
Jalur Dieng (Wonosobo): Cocok untuk pendaki yang ingin menikmati suasana dataran tinggi Dieng sebelum mendaki.
BACA JUGA:Menyelami Keajaiban Alam Taman Nasional Gunung Leuser, Hutan Hujan yang Penuh Misteri!
BACA JUGA:Swiss Lebih dari Sekadar Jam & Pegunungan! Ungkap Sisi Gelapnya di Sini!
Jalur Kalilembu (Temanggung): Rute yang lebih jarang dilewati, menawarkan pengalaman yang lebih sepi dan damai.
Jalur Kenjuran (Kendal): Rute ini relatif baru dan memberikan pemandangan alam yang berbeda dari sisi Kendal.
Jalur-jalur ini memiliki durasi pendakian sekitar 2-4 jam, tergantung rute yang dipilih, sehingga Gunung Prau sering dianggap sebagai gunung yang "ramah pendaki pemula."
Selalu Ramai, Terlepas dari Musim
Gunung Prau tidak pernah sepi dari aktivitas pendakian.
Baik saat musim kemarau maupun musim hujan, gunung ini selalu ramai dikunjungi.
Pada akhir pekan atau libur panjang, jumlah pendaki bisa mencapai ratusan hingga ribuan.
Fenomena ini membuat Gunung Prau menjadi salah satu gunung dengan tingkat kunjungan tertinggi di Indonesia.
Namun, popularitas ini juga menghadirkan tantangan tersendiri, terutama terkait masalah kebersihan dan kelestarian alam.
Pendaki diimbau untuk selalu membawa kembali sampah mereka dan mengikuti aturan konservasi yang berlaku.
Gunung Prau dan Komunitas Lokal
Selain menjadi destinasi pendakian, Gunung Prau juga memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar.