Meskipun tenaganya kecil dibandingkan dengan mobil-mobil modern, pada masanya Benz Phaeton dianggap sebagai teknologi revolusioner.
Kecepatan maksimalnya mencapai sekitar 20 km/jam, cukup untuk memberikan sensasi berkendara yang belum pernah dirasakan sebelumnya oleh masyarakat Hindia Belanda.
Pakubuwono X: Orang Indonesia Pertama Pemilik Mobil
Tidak lama setelah mobil pertama muncul di Indonesia, masyarakat lokal pun mulai tertarik untuk memiliki kendaraan modern ini.
Orang Indonesia pertama yang tercatat memiliki mobil adalah Pakubuwono X, seorang raja dari Kesunanan Surakarta. Pakubuwono X memerintah dari tahun 1893 hingga 1939 dan dikenal sebagai seorang raja yang sangat terbuka terhadap modernisasi dan perkembangan teknologi.
Mobil yang dimiliki oleh Pakubuwono X adalah sebuah Benz, yang dibeli pada awal abad ke-20.
Mobil ini tidak hanya menjadi simbol status sosialnya sebagai seorang penguasa, tetapi juga menunjukkan ketertarikannya terhadap inovasi dan teknologi modern pada masa itu.
Perkembangan Otomotif di Era Kolonial
Setelah kedatangan Benz Phaeton, semakin banyak mobil yang diimpor ke Hindia Belanda. Mobil-mobil ini umumnya dimiliki oleh kalangan elit Eropa yang tinggal di Indonesia.
Pada awal abad ke-20, merk-merk terkenal seperti Ford, Chevrolet, dan Mercedes-Benz mulai memasuki pasar Hindia Belanda.
Mobil-mobil ini tidak hanya digunakan untuk transportasi pribadi, tetapi juga untuk keperluan bisnis dan pemerintahan.
Perkembangan jalan raya dan infrastruktur transportasi juga mulai diperhatikan oleh pemerintah kolonial.
Jalan-jalan utama di kota-kota besar seperti Batavia, Surabaya, dan Bandung diperbaiki untuk mendukung mobilitas kendaraan bermotor. Hal ini semakin memudahkan akses dan penggunaan mobil di kalangan masyarakat.
Era Kemerdekaan dan Kebangkitan Industri Otomotif
Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, industri otomotif mengalami perubahan signifikan.
Pada tahun 1960-an, pemerintah Indonesia mulai melihat potensi industri otomotif sebagai salah satu sektor penting untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.