BACA JUGA:Zillenials, Cermat Sebelum Mencari Tontonan
Fitrah yang Hilang
Setiap manusia dianugerahi Allah gharizah nau' yakni, naluri berkasih sayang.
Agar naluri fitrah ini tidak menjerumuskan pemiliknya, Islam memberikan rambu-rambu yang jelas, agar menitinya melalui jalan kemuliaan yakni, pernikahan sesuai syari'at.
Sayangnya, banyak remaja muslim yang menyikapi naluri cintanya, dari sisi fitrahnya saja.
Namun tidak dibarengi dengan pemahaman cara penyalurannya, sesuai manual book dari Sang Pencipta manusia.
Walhasil, banyak malpraktik cinta remaja yang salah kaprah. Salah satunya, budaya pacaran.
Budaya pacaran hari ini tidak terpisahkan dalam keseharian remaja, sehingga dinobatkan sebagai simbol pergaulan modern.
Jika tidak pacaran dianggap kuper (kurang pergaulan) dibilang cupu, nggak keren.
Di tambah lagi, longgarnya pengawasan orang tua dengan membiarkan anak gadisnya pergi dengan lawan jenis yang bukan mahram.
Parahnya lagi, di setiap tahun remaja muslim merayakan Valentine day, hari maksiat berkedok kasih sayang yang salah, namun tetap dirayakan.
Ada yang merayakan dengan memberi setangkai bunga, sebatang coklat, berpesta dengan minum-minuman keras dan berujung maksiat (zina).
Bahkan, banyak fakta pesta valentine berakhir tragis (membunuh pasangannya).
Menurut Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, dr Hasto Wardoyo, Sp.OG(K).
Bahwa, banyak remaja yang mengaku sudah melakukan hubungan seks di usia 16 dan 17 tahun, sedangkan usia pernikahan rata-rata adalah usia 21 dan 22 tahun.
"Jadi kalau kita acak ya, kapan kamu hubungan seks pertama jawabannya itu mayoritas sudah di 16-17 tahun,” kata Hasto, kepada wartawan usai membuka acara Program Edukasi dan Intervensi Stunting di Blitar, (Kompas.com. Selasa/22/8/2023).